- Caramia -
•••
Setelah menunggu hampir satu jam, Mia akhirnya duduk di depan Ibra, sepuluh menit lebih cepat dari perkiraan laki-laki itu. Sejak beberapa hari terakhir Ibra memang sudah sering memperhatikan Mia, secara fisik juga Mia cukup cantik. Meski dengan penampilan sederhana dan make up tipis, Mia tetap bisa menarik perhatian lawan jenisnya.Dalam penantiannya, Ibra terus memperhatikan gerak-gerik Mia dari balik meja kasir. Bagaimana cara perempuan itu menyapa para pelanggannya dengan ramah dan yang paling penting---yang menurut Ibra patut untuk di acungi jempol adalah, sikap perempuan itu yang sangat menghargai orang lain. Terlihat jelas dari kebiasaannya yang selalu mengucapkan kata 'tolong' dan tidak pernah lupa untuk mengucapkan 'terimakasih' setelah di bantu oleh salah satu teman kerjanya. Hal-hal remeh yang belum tentu semua orang miliki.
"Jadi, apa saya sudah bisa mendengar alasannya sekarang?" Tanya Mia saat Ibra tak kunjung membuka pembicaraan, padahal keduanya sudah duduk berhadapan selama beberapa menit. Laki-laki itu hanya diam menatapnya.
"Kamu sepertinya wanita baik-baik."
Mia menaikan satu alisnya tinggi. "Lalu?"
"Saya butuh wanita seperti kamu untuk mendampingi saya."
Mia menatap Ibra tidak percaya. "Hanya itu?"
Ibra mengangguk tegas, tanpa mengalihkan pandangannya. Tatapannya yang begitu dalam sedikit membuat Mia salah tingkah.
Mia mendesah berat. "Saya yakin banyak wanita di luar sana yang jauh lebih baik dari saya. Dengan tampilan Mas Ibra yang seperti ini..." Mia meneliti penampilan Ibra---yang baru dia sadari kalau penampilan laki-laki itu jauh lebih santai dari hari-hari sebelumnya. Ibra mengenakan kaos hitam polos dengan denim jacket sebagai luaran. Bukan kemeja lengan panjang dengan celana bahan seperti hari-hari sebelumnya. "Saya rasa, mencari pendamping hidup bukanlah masalah untuk kamu. Iya kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Di atas kertas
Romance"Dua tahun. Hanya dua tahun dan setelah itu saya akan menceraikan kamu. Kamu bisa kembali ke kehidupanmu yang lama dan saya..." Ibra mengangkat bahunya acuh, "Seperti yang kamu lihat, kehidupan saya nggak akan berubah sekalipun kita menikah." Mia me...