- Ibrahim Aldebaran -
•••
"Mas..."
Melihat Ibra menghentikan langkahnya, Mia mengumpulkan niat untuk kembali membuka suara meski tatapan Ibra yang tajam selalu berhasil mengintimidasinya.
"Kamu udah makan malem? Aku pikir mungkin kamu akan makan di rumah jadi... aku sengaja masak banyak. Kamu mau?" Tanya Mia pelan.
Mia pikir Ibra akan kembali menolak dan mengabaikannya seperti seminggu belakangan ini, tapi laki-laki itu justru duduk di meja makan. Melihat itu Mia diam-diam menghembuskan napasnya lega. Akhir-akhir ini sangat sulit untuk bertemu dengan laki-laki itu meski keduanya tinggal di bawah atap yang sama. Ibra akan pergi ke kantor sebelum Mia bangun dan hanya akan pulang ketika Mia sudah tidur. Kalaupun Ibra di rumah, laki-laki itu lebih senang mengurung dirinya di ruang kerja dan tidak bisa di ganggu. Ibra jelas menghindarinya.
Mia memperhatikan Ibra yang sedang makan dalam diam, pikirannya berkecamuk. Hati dan otaknya akhir-akhirnya lebih sering berdebat dan itu melelahkan. Tanpa sadar Mia menghela napasnya kasar dan ternyata itu berhasil menarik atensi Ibra yang sudah selesai dengan makanannya.
"Ada masalah?"
Suara itu, suara yang Mia rindukan akhir-akhir ini. Tanpa sadar, matanya berkaca-kaca. Tapi secepat mungkin Mia menyamarkan ekspresinya, ini bukan saat yang tepat untuk menangisi keadaan. Ada yang ingin Mia sampaikan, dan ya mereka memang perlu bicara.
Dengan sisa-sisa keberaniannya, Mia menatap Ibra. "Apa aku punya salah sama kamu, Mas?"
Di lihatnya Ibra menggeleng pelan. "No."
"Terus, kenapa aku merasa kalau akhir-akhir ini Mas Ibra sengaja menghindari aku?"
"I didn't avoid anyone, Caramia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Di atas kertas
Romance"Dua tahun. Hanya dua tahun dan setelah itu saya akan menceraikan kamu. Kamu bisa kembali ke kehidupanmu yang lama dan saya..." Ibra mengangkat bahunya acuh, "Seperti yang kamu lihat, kehidupan saya nggak akan berubah sekalipun kita menikah." Mia me...