02

1.1K 93 0
                                    

- Ibrahim Aldebaran -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Ibrahim Aldebaran -

- Ibrahim Aldebaran -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

*Flashback on

"Selamat pagi. Mau pesan apa?"

Pagi ini Mia datang lebih awal ke Lamiavita, Kedai kopi yang di bangunnya sejak tiga tahun yang lalu. Nama kedai ini sendiri di ambil dari bahasa Italia, La mia vita yang berarti 'hidupku'. Almarhum Ayahnya adalah keturunan Italia, dia sering memanggil Mia dengan La mia vita. Tapi sejak lima tahun yang lalu, tidak ada lagi yang memanggilnya dengan nama itu. Orang tua Mia meninggal dalam kecelakaan pesawat dan sampai saat ini mayat mereka tidak pernah di temukan. Kejadian itu sempat membuat Mia terpuruk, hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat. Mia sebatang kara. Dan hanya Diandra dan Lamiavita lah yang dia miliki sekarang.

"Kamu orang baru?" Suara bariton itu menarik Mia dari lamunannya.

Mia tersenyum ramah. "Bisa di bilang begitu."

Laki-laki itu mengangguk singkat lalu menyebutkan pesanannya. Dan setelah itu Mia langsung beralih ke mesin pembuat kopi yang berada di samping kanannya. Jaraknya tidak terlalu jauh dari meja kasir tadi, sehingga memudahkan para pembeli untuk menyaksikan langsung proses pembuatan kopi.

"Where's Rian?"

Suara bariton itu lagi-lagi menarik atensi Mia. Perempuan itu tersenyum kecil. Paham dengan maksud laki-laki itu menanyakan keberadaan Barista nya itu.

"Rian sedang cuti." Tangan Mia bergerak lincah menuangkan kopi yang sudah di raciknya ke dalam wadah, lalu membawanya ke meja kasir. "If you're worried about taste..." menjeda kata-katanya, Mia menunjuk sesuatu yang terpasang di dinding di belakangnya. "Maybe that certificate will calm you down a little bit."

Laki-laki itu tampak membaca sesuatu yang tertulis disana, "Caramia Pramustika."

"Ya. But you can call me, Mia." Balas Mia seraya fokus pada mesin kasirnya. "Totalnya tiga puluh lima ribu rupiah. Mau di bayar cash atau pakai kartu?"

Di atas kertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang