10

868 89 7
                                    

- Caramia -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Caramia -

- Diandra -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Diandra -

- Diandra -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Hari ini Lamiavita memang lebih ramai dari biasanya, kata Rian ini berkat riview ala-ala Diandra di tiktok seminggu yang lalu. Diandra sendiri tidak menyangka kalau video yang dia buat hanya karena iseng-iseng itu bisa sampai fyp dan menarik minat banyak orang untuk datang dan melihat langsung Lamiavita.

"Lama-lama gue bisa jadi seleb tiktok nih." Ujar Diandra sambil cekikikan. Diandra menunjukan layar ponselnya yang menampilkan komentar orang-orang. "Liat, riview orang-orang yang udah dateng kesini dan mereka bilang pastry lo yang paling juara. Jadi mendingan sudahi patah hati lo dan ke dapur sekarang. Kayaknya semenjak nikah lo jarang banget bereksperiman di dapur."

"Di..."

"Gue gak akan mencampuri urusan rumah tangga lo, Mia. Posisi gue disini cuma sebagai pendengar tapi kalo sampe si bajingan itu berani nyakitin lo, gue gak akan tinggal diam."

Mia memang tidak menceritakan soal perempuan yang dia lihat tempo hari di kantor Ibra, dan mungkin sebaiknya Diandra tidak perlu tahu juga mengingat sebar-bar apa Diandra selama ini. Diandra memang baik, saking baiknya dia selalu menjaga orang-orang terdekatnya. Menjaga dalam arti, tidak ada yang boleh menyakiti orang-orang di sekelilingnya karena kalau sampai itu terjadi, Diandra tidak akan pernah berpikir dua kali untuk mencari dan melabrak langsung orang tersebut. Seperti yang pernah terjadi pada Samuel, salah satu senior mereka dulu di kampus yang hampir melecehkan Mia di toilet. Diandra memang tidak ada di lokasi kejadian tapi keesokan harinya perempuan itu langsung melabrak Samuel di kantin fakultas, di depan banyak orang. Diandra seperti orang yang tengah kerasukan, dia berteriak lalu menampar, menjambak dan menendang selangkangan Samuel hingga laki-laki itu meringkuk tidak berdaya. Tidak ada yang berani menahan Diandra saat itu karena semua orang tahu sekuat apa backingan Diandra Adiguna. Papanya seorang Hakim, Mamanya pengacara terkenal dan dua Abangnya merupakan anggota kepolisian.

Mia memeluk Diandra cukup erat, "Makasih ya, Di."

Diandra akhirnya balas memeluk Mia, "Makasih buat apa?"

"Makasih karena selama ini lo selalu ada buat gue, makasih karena gak pernah menghakimi apapun keputusan yang gue ambil dan makasih karena lo selalu pasang badan buat gue." Mia mengusap sudut matanya yang basah. Kenapa akhir-akhir ini Mia jadi lebih sensitif sih? Dikit-dikit pengen nangis. "Gue bener-bener bersyukur banget bisa ketemu sama lo, Di. Jangan nikah dulu ya, gue gak mau lo di bawah kabur sama suami lo nanti."

"Sialan!" Diandra langsung melepas paksa pelukan mereka dan menoyor kepala Mia. "Gue gak mau ya jadi perawan tua. Sia-sia dong punya badan sebagus ini kalau gak pernah di jamah."

Mia langsung melotot, "Lo nyindir gue?"

Bukannya merasa bersalah, Diandra justru tertawa keras. "Nikahin doang, tapi gak di kawinin. Mia, Miaaa! Malang bener nasib lo." Di sisa tawanya, Diandra meneliti penampilan Mia dari atas sampai bawah. "Cantik, seksi, meskipun dada lo kayak polisi tidur komplek tapi pantat lo tuh udah pas kalau di ajak doggy style. Jadi gak mungkin Ibra gak turn on pas liat lo pake lingerie, kecuali dia..."

"Kecuali apa?" Sambar Mia cepat.

"Kecuali kalo dia gay. Eh tapi gak deng, dulu gue sering liat dia gonta-ganti pasangan kok di Dragonfly." Diandra kembali menatap Mia penuh selidik, "Atau lo mau nyoba pake obat perangsang? Gue jamin, abis itu lo bisa liat sisi gelap dari Ibrahim Aldebaran."

Gantian Mia yang menoyor kepala Diandra, "Kebanyakan nonton Fifty shades of gray, otak lo jadi kotor."

"Mbak Di, pesenannya udah siap. Di meja biasa ya, Mbak." Ujar Lina, salah satu pegawai Lamiavita.

"Oke. Makasih ya, Lin. Yuk! Gue mau riview kopinya si Rian." Diandra langsung menyeret Mia keluar dari pantry sekaligus ruang santai untuk para pegawai Lamiavita.

Meja biasa yang di sebut Lina tadi adalah meja yang letaknya tepat di jendela besar yang langsung mengarah ke jalan raya, sehingga memudahkan pengunjung untuk menikmati pemandangan di luar sekaligus menjadi sumber cahaya yang bagus untuk kebutuhan foto-foto atau video kayak yang Diandra lakukan sekarang. Ini memang tempat favorite-nya.

"Ini gue pesennya Mochachino sama Latte macchiato. Buat yang gak terlalu suka rasa kopi yang strong boleh banget cobain ini. Oh ya guys, masih ingat pastry yang gue riview di video sebelumnya? Mau tau nggak siapa yang bikin pastry-pastry enak di Lamiavita?" Tanpa aba-aba, Diandra langsung mengarahkan kamera ke arah Mia yang duduk di depannya. "Ini dia orangnya! Ini bestie gue sekaligus yang punya Lamiavita."

Mia gelagapan, hendak melarikan diri tapi tangannya langsung di tahan Diandra. "Di, apa-apan sih?"

"Cantik kan? Kalo mau ketemu langsung sama orangnya, main-main aja ke Lamiavita." Kali ini kamera Diandra menyorot Rian yang sedang sibuk meracik kopi, sengaja Diandra zoom agar wajah laki-laki itu terlihat lebih jelas. "Nah, kalo ini yang udah bikin kopi pesanan gue tadi. Namanya Rian, usianya 29 th dan masih jomblo. Kalo ada yang mau daftar jadi calon istrinya boleh banget datang, tapi beli dulu kopi sama pastry-nya ya!"

Diandra terkikik setelah mematikan videonya.

"Sempet-sempetnya ya lo promosiin gue." Setelah meletakan susu strowberry pesanan Mia, Rian langsung duduk di samping Diandra.

"Gue bantu biar cepet ketemu jodohnya, kasian bentar lagi udah kepala tiga."

"Sialan!" Rian langsung memiting leher Diandra dan mencubit pipi perempuan itu dengan gemas. "Bener-bener ya mulut lo, Di."

Sedangkan Diandra sudah berteriak penuh drama, "Jangan sentuh aku, Mas. Aku jijiiik. Mi, tolongin gue Miaaa! Rambut gue jangan di acak-acak ya Allah ya Rabb!"

"Rasain lo!"

"Riaaan. Astaga!"

"Panggil apa lo barusan?" Rian gantian mencubit pipi Diandra yang satunya, "Gue lebih tua tiga tahun ya dari lo."

Diandra yang tampilannya sudah mengenaskan dengan rambutnya yang acak-acakan, masih tidak mau kalah. "Tua kok bangga."

"Oh gitu? Oke. Kali ini gak ada ampun buat lo."

"Ampun, ampun. Gak lagi deh, jangan yang itu entar gue pipis di celana, Yan." Baru saja Rian berniat menggelitik Diandra, perempuan itu sudah lebih dulu mengakui kekalahannya. Mungkin karena dia sudah bisa membaca gerak-gerik Rian.

"Lain kali bakalan gue jitak pala lo sampe benjol." Ujar Rian sambil merapikan rambut Diandra yang tadi di acak-acaknya.

Mendengar ancaman itu, Diandra cemberut. "Jahat banget sih, Mas. Dedek jadi takut." Ujar Diandra dengan suara yang di buat seimut mungkin.

Namun bukannya terlihat imut di mata Rian, laki-laki itu justru menampilkan ekspresi seperti ingin muntah.

Dan aksi keduanya berhasil menarik perhatian para pengunjung tapi Mia sama sekali tidak berniat untuk melerai. Biarkan saja, toh sudah biasa. Diandra dan Rian itu seperti Tom and Jerry yang hanya akur di waktu-waktu tertentu, selebihnya ya seperti ini.

Mia dengan santai meminum susu strawberry-nya sambil menikmati pemandangan sore hari dari balik jendela. Lalu lalang kendaraan semakin ramai, mungkin karena ini sudah memasuki jam-jam pulang kantor. Cuaca hari ini juga cukup bagus, tidak terlalu panas tapi juga tidak ada tanda-tanda akan turun hujan.

Mia larut dengan lamunannya sampai tidak sadar penghuni kursi di depannya sudah berganti orang.

Tbc.

Di atas kertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang