11

844 95 5
                                    

- Ibrahim Aldebaran -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Ibrahim Aldebaran -

- Ibrahim Aldebaran -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Loh? Mas Anton?"

Mia melirik ke sekelilingnya, mencari keberadaan Rian dan Diandra yang ternyata sedang sibuk di balik mesin kopi. Lebih tepatnya sih, Rian yang sibuk dan Diandra hanya mengajak ngobrol laki-laki itu.

"Mas Anton sejak kapan duduk disitu?"

Anton melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, "Mungkin... sejak lima menit yang lalu."

Mendengar itu, Mia meringis tidak enak. "Maaf ya, Mas. Saya gak sadar."

"Iyalah, orang Ibu ngelamun dari tadi." Jawab Anton lugas.

Lagi, Mia meringis. Melirik ke sekeliling, berbulan-bulan menyandang status sebagai Istri dari Ibrahim Aldebaran tidak lantas membuat Mia terbiasa dengan panggilan itu.

"Bisa nggak berenti manggil saya Ibu? Saya jadi ngerasa tua banget." Lama-lama Mia jadi kesal sendiri.

"Saya akan berenti manggil Ibu Mia kalo udah gak butuh pekerjaan ini." Getaran di ponselnya berhasil menarik perhatiannya. Setelah membaca sesuatu disana, Anton kembali menatap Mia. "Saya mau booking lantai dua untuk tiga jam kedepan, bisa?"

"Sekarang?"

Anton mengangguk cepat. "Bapak mau ngopi sambil meeting sama klien."

Bola mata Mia bergerak gelisah dan hal itu tidak luput dari penglihatan Anton.

"Ya udah, kalau gitu saya cek ke atas dulu." Mia langsung beranjak dari kursinya dan memanggil salah satu pegawainya yang baru turun dari lantai dua. "Dini, di atas aman?"

"Aman, Mbak."

"Ya udah. Jangan dulu terima pelanggan di atas."

Di atas kertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang