12

2K 134 34
                                    

- Caramia-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Caramia-

Semenjak pulang dari Cafe dua hari yang lalu, Mia lebih sering menyibukan dirinya di kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semenjak pulang dari Cafe dua hari yang lalu, Mia lebih sering menyibukan dirinya di kamar. Seperti saat ini, duduk di tempat tidur, menyenderkan punggungnya di headboard, atau duduk di balkon kamar sambil membaca buku. Kadang juga dia habiskan waktu dengan maraton drakor, semua itu Mia lakukan untuk menghilangkan bayang-bayang Samuel dan apa yang pernah laki-laki itu lakukan padanya.

"Caramia."

Mia yang sejak tadi fokus pada buku di tangannya langsung menoleh ke asal suara. Ibra berdiri di pintu dengan setelan kerjanya yang sudah tidak serapi tadi pagi. Jasnya hanya dia sampirkan di tangan, sementara bagian lengan kemeja putihnya di gulung asal sebatas siku. Ibra tampak berantakan dan... hot.

"Iya, Mas?" Sebenarnya Mia sedikit heran dengan perubahan sikap Ibra. Bukankah sebelumnya laki-laki itu sedang gencar-gencarnya menghindar? Lalu kenapa tiba-tiba jadi perhatian dan lebih sering menampakan diri?

"Merasa lebih baik?" Tanya Ibra yang sudah berdiri menjulang di samping tempat tidur.

Dengan jarak sedekat ini, Mia bisa mencium aroma parfum Ibra yang akhir-akhir ini dia rindukan. Ngomong-ngomong soal parfum, sebenarnya ada satu rahasia yang Mia sembunyikan. Malam itu sebelum Mia memutuskan untuk pisah kamar, dia sudah lebih dulu menyemprotkan parfum yang biasa Ibra pakai di bantal dan selimutnya.

Dasar bucin tolol! Bukan hanya sekali dua kali Mia memaki dirinya dalam hati. Berkali-kali.

"Udah mendingan kok, Mas. Aku cuma butuh istirahat aja."

Mendengar itu, Ibra mengangguk paham. Setelah menarik napasnya panjang, Ibra memilih duduk di tepi ranjang. Duduk berhadapan dengan Mia. Menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa Mia artikan.

"Ada yang ingin saya sampaikan."

Entah kenapa, perasaan Mia jadi tidak enak. Jantungnya berdetak lebih cepat hingga perutnya terasa melilit. Ibra kembali menyebut dirinya 'saya' dan Mia merasa kalau itu artinya, Ibra kembali membentengi dirinya lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di atas kertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang