18

36.4K 1.9K 72
                                    

Karena kata kalian aku updatenya kelamaan... Sekarang aku update lagi deh😋

welcome to the main conflict!
Enjoy,  guys!
.
.
.
.

"Om mau aku siapkan air panas?" Sania bertanya kepada Seno yang baru pulang dari kantor.

"Tidak perlu." Seno langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa menunggu Sania.

Sania merasa belakangan ini Seno sangat dingin terhadapnya, bahkan sudah seminggu belakangan ini Seno selalu pulang larut dan pergi sangat pagi. Mereka sangat jarang bertemu karena jadwal Seno yang padat. Seno juga sering mengacuhkan Sania, bahkan pesan dan telpon Sania selalu diabaikan oleh Seno. Dia berdalih kalau dirinya sibuk. Apakah benar segitu sibuknya?

Sania selalu berpikir apa dia sudah membuat kesalahan? Apa Seno marah padanya?

Pertanyaan-pertanyaan itu silih berganti masuk ke dalam pikiran Sania. Ia selalu berusaha mengingat apa yang sudah dia lakukan sampai Seno menjadi seperti ini.

Seno seperti menghindarinya, dengan selalu pergi saat Sania belum bangun dan kembali saat Sania sudah terlelap. Baru saat ini dia melihat Seno lagi.

"Om makan dulu yaa, aku udah buatkan Om makan malam." Sania mengikuti Seno yang baru keluar dari kamar mandi.

"Saya sudah makan." Seno berkata datar. Ada sebersit rasa kecewa mendengar penolakan itu, padahal Sania sudah membuatkan banyak makanan dan juga kue-kue kesukaan Seno.

"Kalau gitu langsung istirahat aja, pasti Om lelah kan?" Sania langsung menarik tangan Seno.

Betapa terkejutnya Sania, saat Seno menghantakan tangannya dengan kasar. "Saya masih ada kerjaan!" Seno keluar kamar dan langsung ke ruang kerjanya.

Sania yakin bahwa seminggu ini pun sama, Seno tidak tidur bersamanya. Dia selalu berada di ruang kerjanya, bukan tanpa alasan Sania berpikir seperti itu. Hal itu dibuktikan karena kasur sebelah Sania selalu tampak rapih sampai pagi menjelang.

____


"Om... Aku buatkan kopi." Sania masuk ke ruang kerja Seno setelah mengetuk pintunya terlebih dahulu. Seno tidak menatap sedikit pun ke arah Sania, dia terus menatap layar laptopnya.

"Om ini udah malam, sebaiknya kerjaannya dilanjut besok." Sania berkata pelan.

"Pergi." Seno berkata dengan suara yang rendah, cukup menakutkan bagi Sania. Tapi Sania tidak mau menyerah, dia ingin Seno kembali ke sikap dulunya.

"Om pasti capek kan, aku pijitin ya..." Sania hendak menyentuh pundak Seno, tetapi saat itu juga Seno berdiri.

"KAMU TULI? SAYA BILANG PERGI!" Sania sangat kaget saat dirinya diteriaki seperti itu. Satu air mata lolos dari pelupuknya, dia bahkan sampai gemetar akibat teriakan Seno. Sania berlari keluar dari ruangan itu.

Seno menyugar rambutnya kasar dan menggebrak meja kerjanya saat Sania sudah keluar, ada rasa sesal dalam dirinya saat melihat air mata dan tubuh gemetar gadis itu.

Sania terus terisak dibalik selimut tebalnya, dia bingung kenapa Seno seperti ini. Seno seperti orang lain saat ini. Gadis itu terus menangis sepanjang malam sampai tertidur.

◻◻◻

Sania sangat senang pagi ini, karena Seno masih ada di rumah. Dia dengan semangat menyiapkan sarapan untuk Seno. Tidak peduli semalam Seno sangat kasar padanya, Sania sudah melupakan hal itu.

"Om... Sini makan dulu," Sania berkata saat melihat Seno menuruni tangga. Gadis itu tetap menampilkan senyum hangatnya, walaupun Seno memberikan tatapan datar.

My Imperfect Man  -  (The End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang