Saat tersadar dari lamunannya, Seno langsung berlari mengejar Willam yang membawa Sania. Tapi dia terlambat. William dan Sania sudah tidak berada di area kantornya. Dia memerintahkan anak buahnya untuk mencari tahu keberadaan Sania. Dia tidak tahu William membawanya ke rumah sakit yang mana.
Dia beberapa kali menyugar rambutnya kasar. Sebenarnya apa yang dia lakukan? Bagaimana bisa dia mengatakan kalau dia ragu anak yang Sania kandung adalah anaknya?
"Aargghh... Bodoh!" Seno berteriak sambil memukul stir mobil yang sedang dikendarainya.
Dia benar - benar menyesal dengan apa yang dia lakukan. Dia takut terjadi sesuatu pada Sania dan juga anaknya.
*Tringgg*
Seno langsung mengangkat saat deringan pertama terdengar dari telepon genggamnya.
"Dimana?" Seno langsung bertanya pada orang disebrang sana, orang itu adalah Alex. Saat Alex menyebutkan nama salah satu Rumah Sakit besar di kota itu, Seno langsung menuju tempat tersebut. Seno berkendara dengan kecepatan tinggi, untungnya ini masih jam kantor sehingga jalanan cukup lengang.
Seno memarkirkan asal mobilnya, dia tidak peduli jika nantinya mobil itu akan diamankan petugas.
Lantai empat, nomor lima belas.
Seno terus mengingat tempat Sania di rawat saat ini. Alex sempat berkata jika Sania sudah dipindahkan ke ruang rawat. Dari kejauhan dia dapat melihat seseorang sedang duduk di kursi tunggu, tepat di depan ruang rawat inap Sania."Willy, bagaimana keadaan Sania?"
William yang merasa dirinya dipanggil langsung melihat orang yang ada di hadapannya."Dia baik - baik saja kan?" Ucap Seno kembali.
Bugh
Bugh
William membogem wajah Seno beberapa kali. Dia tidak peduli kalau yang didepannya ini adalah Daddynya.
"SETELAH APA YANG DADDY LAKUKAN, SEKARANG DADDY BILANG BAIK - BAIK AJA?" William berteriak sambil mencengkram kerah kemeja milik Seno.
"PAKE OTAK!!! MANA ADA ORANG YANG BAIK - BAIK AJA DI RAWAT DI RUMAH SAKIT!!! " William kembali meneriaki Daddynya."Daddy minta maaf." Seno berkata pelan.
"Maaf nggak berguna untuk saat ini, sialan." William berucap dengan sarkas. Dia melepas cengkramannya pada kerah milik Daddynya.
"Aku nggak ngerti sama jalan pikiran Daddy. Bagaimana bisa Daddy ngelakuin ini semua sama Sania?" William mencoba menahan emosinya.
"Bukan dia yang salah, tapi orang tuanya! Dia bahkan nggak diinginkan orang tuanya! Dia bahkan sendirian selama dua puluh satu tahun hidupnya, dia nggak punya siapa - siapa! Aku benar - benar kecewa, seharusnya aku nggak pernah ajak Sania ke rumah." William kembali duduk. Dia benar - benar frustasi dengan keadaan saat ini.
William tahu kalau ada yang tidak beres dengan Sania saat terakhir mereka bertemu. Dia tahu kalau Sania menyembunyikan sesuatu, karena dia lebih kenal Sania dibandingkan dengan siapapun, bahkan Daddyya sendiri.
William diam - diam membayar seseorang untuk mengetahui apa yang terjadi pada Sania. Dia juga terkejut saat mengetahui siapa orang tua Sania sebenarnya. Tapi tidak ada satu pun pikiran untuk membenci sahabatnya itu.
Seno ingin memasuki ruang rawat inap Sania, sampai sebuah tangan menahannya.
"Mau apa lagi?" Tanya William."Daddy ingin melihat Sania dan anak kami." William langsung tertawa mengejek mendengar ucapan Daddynya. Hal itu membuat Seno heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Imperfect Man - (The End)
Romance18+ Sania memang terkejut saat melihat wajah itu. Tapi Sania lebih terkejut saat melihat mata itu memancarkan kesedihan yang sangat dalam. Sania tahu bahwa dia melakukan kesalahan saat itu. Sania telah masuk ke dalam jerat pria dewasa yang berumur...