Sudah seminggu sejak pertemuan tak terduga Sania dengan Seno.
Ya Seno adalah nama dari Ayah William. Sania sangat ingat saat Willam memberitahukan nama ayahnya. Seno Sandoro. Rasa bersalah itu masih ada di dalam hati Sania. Bahkan Sania belum ke rumah William lagi sampai saat ini.
"San, kok lo bengong sih. Kaya orang bego tahu nggak." Kata William sambil tertawa.
"Wil gua nginep di rumah lo ya besok."
"Tumben banget lo mau nginep. Ketagihan ya lo?" Mana mungkin Sania memberitahukan maksud dari dirinya yang ingin menginap di rumah William.
"Ah udah deh. Jadinya boleh apa enggak nih?"
"Ya boleh lah. Apa sih yang enggak buat lo Sania."
◻◻◻
Sampai juga saat yang ditunggu - tunggu Sania. Malam ini dia akan menginap di rumah William. Sebenarnya dia tidak tahu apakah akan bisa bertemu Om Seno lagi atau tidak, tapi setidaknya dia akan mencoba untuk meminta maaf.
"Mbok lagi masak apa?"
"Eh Non Sania, ini Mbok lagi masak buat makan malam." Kata si Mbok dengan ramah.
"Sania mau buat cake lava Mbok. Sania pake dapurnya boleh Mbok?"
"Lho ya boleh toh Non. Ini juga kan bukan punya Mbok dapurnya jadi nggak usah minjem." Kata si Mbok sambil tertawa.
Sania langsung membuat lava cakenya untuk dihidangkan pada saat makan malam nanti. Dia akan membuatnya untuk Om Seno juga.
(Source image : foodnetwork.com)
"Wah. Ada apa nih sampe seorang Sania buat lava cake." Kata William dengan hebohnya.
"Udah makan aja sih."
Sania memakan lava cakenya sambil memikirkan bagaimana reaksi Om Seno. Pasalnya tadi dia menitip pesan pada Mbok Inah untuk mengantarkan satu lava cake juga bersamaan dengan makan malamnya.
Saat ini pukul satu malam. Sania belum tidur. Sania pergi ke dapur dan berharap akan bertemu Seno disana. Tapi setelah menunggu selama satu jam dan dia tidak menemui siapapun disana. Akhirnya Sania pergi ke lantai dua letak semua kamar berada. Entah apa yang dipikirkan Sania sampai dia tidak langsung pergi ke kamar yang dia tempati, melainkan ke kamar Seno. Dia berharap Seno membukakan pintu untuknya.
"Bodoh sekali kamu Sania. Emangnya kamu siapa? Sampai mau bertemu Om Seno." Katanya bermonolog dengan dirinya sendiri.
Sania kembali dengan tangan kosong ke kamar yang ditempatinya.
Sedangkan seseorang yang berada di dalam kamar yang temaram. Seno.
Hanya melihat layar monitor yang menampilkan kegiatan gadis itu. Dia sangat menahan diri. Agar tidak keluar dan menghampiri gadis yang notabennya teman anaknya. Seno sekarang melihat piring kosong yang tadinya terdapat sebuah lava cake buatan gadis itu. Seno hanya takut dirinya tidak diterima oleh gadis itu.◻◻◻
"Aahhkk."
Sania berteriak frustasi di dalam kamar kosnya. Bagaimana tidak, terhitung sudah sebulan Sania mencoba untuk membuatkan kue untuk Seno. Bahkan setiap hari Sania pergi kesana dan memberikan kue yang sudah dibuatnya di kosan, untuk dititipkan ke Mbok Inah yang tentunya akan diberikan ke Seno. Hal itu tidak diketahui William, karena Sania berpesan kepada Mbok Inah bahwa William tidak boleh sampai tahu.Mulai dari lava cake, brownis, cookies, sudah Sania buatkan untuk Seno.
Jangan lupa juga bahwa Sania telah menginap selama delapan hari di rumah Seno, dia menggunakan akhir pekannya selama sebulan. Untuk menunggu Seno setiap malam di dapur dan di depan pintunya. Sania berpikir bahwa dia telah membuat Seno tersinggung. Sehingga Seno mingkin saja membencinya.
From : Willy
To : SaniaWoy gua di depan kos lo nih.
Pesan singkat dari William membuat Sania bangun dan bergegas untuk bertemu William. Saat ini dia akan menginap lagi di rumah Seno. Dia akan mencoba peruntungannya sekali lagi. Jika kali ini dia juga gagal, maka dia anggap sudah selesai. Dia tidak akan mengganggu Seno lagi.
"Lo bawa apaan tuh?" Tanya Willy saat aku sudah naik ke dalam mobilnya.
"Cookies." Jawab Sania lesu.
(Image source : goimprints.com)
"Ih gua mau dong." Kata Willy berusaha menggapai paper bag yang dibawa Sania.
*Plak*
Sania menghajar tangan William sebelum sampai ke papaer bagnya."Nanti gua kasih kalo sampe rumah." Kata Sania sebal.
"Ih jutek amat si Mbaknya. Tambah jelek loh."
Sania hanya mendengus mendengar apa yang dikatakan William.Saat tepat pukul 1 dini hari. Sania keluar kamar dan menunggu di dapur. Bahkan Sania menunggu dalam keadaan gelap gulita, karena dia berpikir bahwa Seno mungkin tidak suka jika terlalu terang.
"Haah."
Sania membuang napasnya pelan, dan melihat kembali ponselnya. Pukul tiga dini hari. Sudah dua jam Sania menunggu disini. Sania beranjak, dan memutuskan untuk ke depan kamar Seno. Dia menunggu di depan pintu itu. Berdiri sendirian.Seno yang ada di dalam kamarnya hanya melihat pergerakan dari Sania. Dia masih di depan pintu kamarnya. Sudah setengah jam lebih dia berdiri disana. Dia sangat tahu usaha Sania selama satu bulan ini. Seno sangat tahu dari Sania yang selalu membuatkannya kue, yang pasti Seno habiskan. Sania yang menginap di rumahnya. Sania yang selalu menunggunya di dapur. Sania yang selalu menunggunya di depan pintu kamarnya. Seno ingin sekali keluar dan menemuinya, tapi seakan dia tahu diri kalau dia tidak pantas.
Disatu sisi Sania merasa ini tidak perlu dilanjutkan. Sania merasa ini sudah selesai. Sania sangat berusaha menahan rasa sakit di perutnya sedari tadi di dapur. Dia lupa kalau dia belum makan sejak siang tadi. Asam lambungnya naik.
Saat Sania akan kembali ke kamarnya tiba - tiba pandangannya menggelap dan dia kehilangan kesadaran disana. Seno yang sedang memperhatikan Sania pun langsung keluar kamar dan melihat tubuh mungil itu yang sudah berada di lantai. Seno langsung mengangkat tubuh tersebut.
.
.
.
.
TbcJangan lupa vote dan comment guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Imperfect Man - (The End)
Romance18+ Sania memang terkejut saat melihat wajah itu. Tapi Sania lebih terkejut saat melihat mata itu memancarkan kesedihan yang sangat dalam. Sania tahu bahwa dia melakukan kesalahan saat itu. Sania telah masuk ke dalam jerat pria dewasa yang berumur...