28

42.8K 1.8K 84
                                    



Acara pernikahan Sania dan Seno telah usai, acara tersebut diadakan di hotel bintang lima milik Seno. Seno tidak main - main, dia membuat acara tersebut dengan sangat mewah. Seluruh kolega bisnis Seno dan seluruh karyawannya diundang, Seno juga menyuruh Sania mengundang semua  temannya sebanyak mungkin. Bukan tanpa alasan Seno melakukan hal tersebut, dia mau semua orang tahu kalau Sania adalah miliknya.

"Biar aku bantu..." Seno berkata sambil menurunkan resleting gaun Sania.

Setelahnya Sania kembali menghadap Seno, "Apakah aku salah dengar? Suamiku menyebut aku bukan saya lagi?"

"Mulai saat ini Seno sandoro akan menggunakan kata itu kepada nyonya Sandoro." William mengecup kilat bibir Sania.

"Terimakasih untuk semuanya, aku senang bisa jadi bagian dari keluarga Sandoro." Sania berkata dengan mata yang berkaca - kaca.

"Hey.. Hey.. Seharusnya aku yang berterimakasih, makasih karena kamu mau menerima bapak tua ini." Seno terkekeh dengan perkataannya.

"Bapak tua kesayangan Sania." Sania mencium lembut bibir Seno.



_____



Sania sudah membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, dia menunggu Seno keluar dari kamar mandi. Bibirnya tidak berhenti untuk tersenyum, dia akan membuat hari ini menjadi lebih bahagia lagi.

Ceklek

Seno keluar dengan keadaan yang topless, kebiasaannya jika akan tidur. Seno masih mengeringkan tambutnya dengan handuk. "Sini... Biar aku bantu."

Seno langsung duduk di tempat tidur, sehingga Sania bisa menggapainya. Dia mulai mengeringkan rambut Seno dengan lembut, Seno terus memperhatikannya. "Sudah, selesai."

Setelah mengembalikan handuk yang tadi digunakannya, Seno langsung memposisikan tubuhnya di tempat tidur samping Sania.

"Ini." Sania menyodorkan Seno sebuah alat kecil panjang dan pipih, disana tercetak dua garis. Seno menatap hal itu tidak percaya, Sania tertawa melihat ekspresi Seno. "Is it real?" Sania mengangguk sebagai sebuah jawaban.

"Oh my god.... Thank you so much," Seno langsung memeluk Sania erat dia menangis haru.

"Om percaya kan ini anak Om Seno?" Seno mengerutkan alisnya dan melepas pelukan itu, dia menatap Sania dalam.

"Maafkan aku untuk kejadiaan yang dulu... Tapi aku berjanji, akan menjaga dan membahagiakan kamu dikehamilan yang sekarang." Seno berkata dengan sungguh - sungguh.

Sania membelai wajah Seno, "Aku percaya sama Om Seno."

"Besok kita ke dokter kandungan ya..." Seno berkata sambil membawa Sania berbaring dalam pelukannya. Sania hanya mengiyakan.

"Ganti dong panggilan kamu... Aku kadang berasa kaya pedofil gara - gara kamu panggil aku Om," Seno berkata sambil cemberut.

"Kan emang pedofil bukan?" Sania tertawa saat melihat Seno semakin menekuk wajahnya. "Yaudah... Emangnya suamiku mau dipanggil apa, hmm?"

"Mas, aku mau dipanggil mas."

"Mas Seno... Kesayangannya Sania.. Cup."  Sania mencium bibir Seno.

"Kayaknya bener kata Willy, aku bucin banget sama kamu." Seno memeluk Sania semakin erat.




◻◻◻




My Imperfect Man  -  (The End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang