22

40.7K 2.3K 155
                                    


5 years later

Seseorang sedang berdiri di depan kaca besar gedung pencakar langitnya, dari situ dia bisa melihat hiruk pikuk Ibu Kota. Siapa yang tidak mengenali dia saat ini, selama empat tahun terakhir dia mulai bangkit dan semakin gencar memperluas jejaring bisnisnya. Laki - laki berumur empat puluh enam tahun itu sudah tercatat menjadi orang terkaya nomor satu di negara ini. Bahkan masuk ke dalam daftar orang terkaya di Asia.

Tok Tok

Suara ketukan pintu menginterupsinya, dia langsung memerintahkan orang tersebut untuk masuk.

"Ini Pak, saya mau antar laporan yang Bapak pinta." Orang yang baru masuk tersebut langsung memberikan laporan tersebut, setelah sebelumnya diizinkan duduk oleh atasannya.

"Buat ulang." belum lima menit laporan itu dilihat, laporan itu langsung dilemparkan kembali.

"Apanya yang salah pak?" Bawahannya itu bertanya, dia sudah yakin sekali jika semua data sudah dimasukan.

"Yang bener aja sih Daddy! Ini cuma typo!" Seseorang yang baru datang itu ternyata adalah William. Dia saat ini menjadi wakil direktur utama, yang pastinya adalah bawahan Seno. Ia baru mendapatkan jabatannya satu tahun yang lalu setelah dia menamatkan study magisternya.

"Ini kantor William," Seno mengingatkan William untuk tetap bersikap profesional layaknya atasan dan bawahan. William terkadang muak dengan sikap Daddynya itu, dia semakin menyebalkan setelah ditinggal Sania.

Seno memang sempat kembali terpuruk, tetapi dia bangkit lagi satu tahun kemudian. Lalu dia kembali menjadi Seno Sandoro yang workaholic. Dia menjadi sosok atasan yang sangat teliti, dia tidak mau ada satu kesalahanpun dalam pekerjaan. Dia pun tidak segan memecat bawahannya secara langsung.

"Kantor mulu yang jadi alasannya!" Ucap William kesal, saat mereka sedang berdebat Alex masuk.

"Saya ingin menyampaikan, kalau lusa Bapak  ada pertemuan di London." Ucap Alex.

"Dimana? London?" Tanya William, dia sangat terkejut saat ini.

"Kenapa?" Seno heran melihat putranya itu.

"Eh?...  Gapapa kok, aku ikut yaa?"

"Buat apa? Hanya Daddy dan Alex yang pergi, kau tidak perlu ikut." Seno bingung kenapa William ingin ikut, jelas - jelas dia pergi ke London untuk bekerja bukan untuk liburan.

"Aku ikut please Daddy... Boleh yaa." William terus memohon pada Daddynya itu, tapi jawaban Seno tetap sama. Tidak. William itu wakil direktur, sudah jelas dia akan menggantikan Seno jika sedang melakukan perjalanan bisnis.

Semoga semuanya baik - baik saja.
Ucap William dalam hati.

"Sudah sana pergi, sebelum jam makan siang sudah harus beres." William menatap Daddynya tidak percaya. Bahkan jan makan siang tinggal sepuluh menit lagi, mana mungkin dia bisa dengan cepat menyelesaikannya. Dia harus membaca semua dari awal agar tidak ada typo lagi.

Dasar bandot tua sialan.
William mengutuk Daddynya yang selalu menyusahkannya itu.

_____

Seno saat ini sudah memasuki rumahnya, sepi. Itu kata yang pertama menggambarkan suasana rumahnya sejek lima tahun terakhir. Tidak ada yang menunggunya pulang, tidak ada yang menyiapkan segala keperluannya lagi, tidak ada yang membuatkannya cookies lagi, dan tidak ada yang memeluknya lagi saat dia tertidur. Semuanya berubah.

Seno bahkan sudah mencoba melupakan gadis itu. Dia sadar diri, dia yang telah menghancurkan kehidupan gadis itu. Dia berdiri di depan figura besar yang ada di depan tempat tidurnya, itu adalah foto gadisnya dengan senyuman yang selalu mampu membuat Seno tenang.

My Imperfect Man  -  (The End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang