RSS || Worry🌻

81 30 115
                                    

^^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

^^^

Pagi dikota penghujan ini sudah sangat ramai, mulai dari para manusia hingga para binatang.

Para tumbuhan pun juga ikut meramaikan kota ini, mulai dari bergoyang sambil diiringi sejuknya angin pagi, tak lupa dengan embun yang menetes membasahi tanah.

Shush...

Itulah suara angin yang Rey rasakan, angin yang nyaman nan sejuk mulai memasuki rumahnya.

Sekarang Rey sedang duduk diruang keluarga sembari memakan roti keju kesukaannya. Namun saat ia sedang menikmati rotinya sembari merasakan angin yang sejuk masuk dari jendela, Kak Abram datang membawakan sejuta masalah untuknya.

"Udah 1 minggu Rey, please deh!" bentak Kak Abram.

"Ya, trus?" ucapan Rey itu ternyata membuat sang Kakak sangat geram.

"Kakak mau lamar Marisa sekarang!" bentakan Kak Abram barusan membuat Rey tersedak.

Rey terbatuk.

Mendengar sang Adik terbatuk, Abram pun langsung mengambil air putih yang ada dimeja makan dan memberikan keRey yang sedang terbatuk.

"Makasih, Kak." ucap Rey setelah meminum air yang diberikan Abram.

"Taro dulu makanannya!" ucap Abram sembari menunjuk makanan yg ada digenggaman Rey.

"Rey mau makan, Kak." rengek Rey ketika melihat Abram mengambil alih makanannya.

Heylah Kak Abram, Rey badmood karena Kak Abram berbicara seperti itu. Sekarang Kakak malah mengambil makanan Rey, sungguh dunia ini tidak adil.

Rey pun memanyunkan bibirnya, dan menatap Abram malas.

"Hey...kok anak bunda ngambek sih," ucap Bundanya Rey yang baru saja datang.

Wanita paruhbaya yang memiliki paras cantik itu adalah Bundanya Rey yang bernama Amaira Calista Putri.

Bundanya memiliki mata sayu dan kulit putih bersih seperti sang anak, bedanya Amaira tidak memiliki mata sipit seperti kedua anaknya.

"Tau nih Bun, Kakak bikin aku badmood banget!" ucap Rey yang memalingkan wajahnya.

"Abram..kenapa sih pagi-pagi udah ngeledek adiknya," ucap sang lelaki jangkung yang bernama Rizki Andriansyah.

Yap, lelaki jangkung itu adalah Ayah nya Rey dan Abram. Lelaki itu memiliki mata sipit layaknya orang China, namun Ayah mereka bukanlah orang blasteran Indo-China.

"Siapa yang ngeledek, sih?" Abram pun ikut ngambek seperti Rey.

"Emang kenapa, hm?" tanya sang Bunda dan mengelus kepala sang putra yang sedang marah.

"Abram mau ngelamar orang yang Abram suka nanti sore." Jelas Abram.

"Ha?" kedua orang tuanya sangat terkejut dengan ucapannya tadi.

Rahasia Sebuah Senyuman [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang