8 | Fragile

1.1K 140 59
                                    


- TUNNEL -


Sinb mulai tidak tahan dengan sikap jungkook yang selalu mengurung diri didalam ruang kerjanya saat ini, membuat wanita itu terpaksa memberanikan dirinya membuka knop pintu ruang kerja jungkook yang berada di depan kamar mereka. Sinb berpikir inilah satu-satunya cara untuk menaklukan jeon jungkook. Setelah mengumpulkan nyalinya, sinb kemudian membuka pintu itu sehingga menampilkan seorang pria dengan balutan kemeja dark blue yang sikunya di tarik keatas menampakkan tangan kekar pria itu membuat sinb meneguk saliva nya dengan susah payah.

Pria itu masih setia dan fokus bergulat dengan tumpukan berkas diatas mejanya. Sinb tidak yakin cara ini berhasil atau tidak. Apapun yang terjadi nantinya, setidaknya dia sudah mencoba.

"Oppa, istirahatlah.." sinb membuka suaranya.

"Aku tidak ada waktu untuk istirahat saat ini" jawab jungkook singkat, membuat sinb mendesah melihatnya.

Kini sinb sudah berdiri tepat disamping meja pria itu. Namun sepertinya eksistensi sinb tidak membuat jungkook memalingkan wajahnya dari MacBook didepannya. Dengan sekali juluran tangan sinb mematikan MacBook jungkook begitu saja. Itulah nyali yang sinb maksudkan. Dan berhasil, membuat jungkook akhirnya menatap sinb dengan sorot mata elangnya. Pria itu marah. Sinb tahu pasti tentang itu.

"Ada apa denganmu?" Tanya jungkook dengan suara yang membuat sinb merinding.

"Aku hanya ingin kau istirahat! Apakah susah untuk dilakukan?" Sinb mencoba tidak panik dan gemetar.

"Aku tidak ada waktu untuk itu! Aku sudah mengatakannya berulang kali, apa kau tidak mengerti?!" Suara itu kini berubah menjadi bentakan.

Alih-alih menjawab bentakkan jungkook selanjutnya, sinb malah menarik lengan pria itu untuk mengikutinya. Tentu saja tidak semudah itu, jungkook malah menarik kembali sinb hingga membuat wanita itu kembali menghadap kepadanya.

"Oppa!" Teriak sinb karena terkejut saat jungkook menarik lengannya dan menggenggamnya erat.

Jungkook menghembuskan napasnya kasar, "katakan saja disini. aku tidak punya banyak waktu untuk bicara diluar" ungkap jungkook, membuat sinb menyerah.

"Aku sudah menuruti permintaanmu kamarin, sekarang aku mohon... turuti permintaanku kali ini.." lirih sinb. Rasanya sinb ingin menangis saat ini.

"Berhentilah membuatku bingung untuk menghadapimu" gumam sinb, terdengar jelas di telinga jungkook. Namun jungkook tidak ingin menanggapinya saat ini, karena suara dering ponsel dari saku celananya nyatanya lebih nyaring, minta untuk diangkat. Tidak perlu waktu lama, jungkook segera mengangkat panggilan yang mendesak, sepertinya.

"Tuan, bisakah anda ke kantor sekarang?" Suara seseorang langsung menyambut, membuat jungkook kemudian meraih kunci mobilnya.

Jungkook melirik sinb sebentar, lalu ia menghela napasnya, "Aku tidak ada waktu untuk melihat orang menangis saat ini. Aku harus pergi, mau ikut atau tetap tinggal dirumah?" Suara itu, kesannya lebih dingin dari pada dinginnya kutub selatan.

Benar jungkook sedang marah saat ini. Namun semua orang juga tau bagaimana seorang jeon jungkook yang sangat menghargai wanita. Mencoba menyampingkan keegoisannya, jungkook kemudian menarik tangan sinb ditangannya, karena tidak ada jawaban dari sinb. Itulah yang membuat jungkook bertindak. Dia tidak ada waktu untuk melihat sinb menangis lagi.



Ditengah perjalanan sinb hanya memandang keluar jendela. Tidak lupa ia juga selalu berdoa didalam hatinya semoga mereka selamat sampai tujuan. Mengingat bagaimana jungkook melajukan mobil miliknya dengan kecepatan yang tinggi, menerobos semua genangan air sisa hujan semalam.



Tunnel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang