Little things

255 36 5
                                    

Jangan lupa teken bintangnya👀

.VOTE.KOMEN.

Aku mau bilang gitu aja wkwk. Maaf kalau ada typo yaaa.

———————-

Layar televisi menampilkan sosok pelawak yang sedang bersenda gurau, hingga suara tergelak dari penonton keluar dari speaker TV, tidak membuat ekpresi datar Nauna berubah sama sekali.

Malah, hanya duduk termangu menyorot layar yang tersaji dihadapannya, menggerakkan kakinya naik turun, dengan sikut menumpu pada pegangan sofa yang ia duduki. Sesekali ekor matanya bergerak menatap pintu kayu rumahnya.

Ia Gelisah. Gelisah menunggu kedatangan seseorang. Watak tak sabarannya pun membuat ia bangkit dari duduknya lalu memiringkan tubuhnya pada kaca jendela, memperhatikan, seraya berpikir 'apakah penampilannya hari ini bagus atau tidak'

Baju kaos hitam longgar dan celana jins selutut, sepertinya sudah cukup bagus. Nauna pun menyelipkan rambutnya ke belakang telinga seiring dengan kedua sudut bibirnya yang terangkat.

Kegelisahan yang sedaritadi merayapinya hilang ketika suara ketukan pintu, reflek membuat ia menoleh dan menegakkan punggungnya.

Ayahnya yang berada tepat di belakang pintu sedang mengambil sesuatu, terurungkan lalu bermaksud ingin membuka pintu, otomatis membuat Nauna berteriak, "AKU AJA YANG BUKA AYAHH."

Ayahnya sedetik kemudian terdiam dan Mamahnya tersentak ketika membawa makanan mendengar teriakan riuh anaknya.

Nauna pun berlari cepat, lantas ayahnya terdorong kesamping sesampainya ia di depan pintu, dengan mata yang berbinar-binar, menggerakkan handle, pintu pun terbuka lebar.

Wajah riang Nauna perlahan-lahan memudar, mengetahui siapa yang ada di balik pintu tak sesuai dengan harapannya. Didi kini tengah melambai-lambai dengan cengiran khasnya di hadapan Nauna.

Memandang jijik, "Lo tau? Gue bosen liat muka lo." Cibir Nauna, lalu berbalik dan kembali duduk ke tempatnya semula.

Ia sangat lupa kalau Didi yang berstatuskan sepupunya pasti diundang juga. Menggigit kukunya, menyalurkan rasa cemasnya. Berharap jika Rans memang betul-betul datang, Didi tidak membuat masalah.

"Perasaan lo yang banyak salah sama gue, seharusnya gue yang bilang kek gitu ke elo." Tutur Didi sembari tersenyum manis menyapa tante dan om-nya. "Halo tante, om. Bunda sama Ayah gak bisa datang, makanya aku gantiin dia kesini." Keduanya hanya membalas dengan senyum, lalu mepersilahkannya masuk. Setelahnya ia melangkah ke dalam rumah Nauna.

"Siapa juga yang undang lo!" Gertak Nauna.

"Naunaa!" Tegur ayahnya sentak membuat Nauna langsung terdiam. Menatap sinis Didi yang sedang tersenyum kemenangan.

"Gue kaget loh, lo ternyata baik juga sambut gue langsung."

Melirik sinis Didi yang terduduk di sampingnya, "diem lo."

"Keknya lo seneng banget dengan kedatangan gue tadi." Kini iris mata Didi berubah tajam. "Tapi..kenapa wajah lo langsung jelek yaa. Heran gue. Jangan-jangan.." memicing curiga pada Nauna, spontan Didi berteriak keras kala Nauna menginjak kakinya keras.

Trouble Hacked ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang