Sosok tertampan di dunia.

250 36 8
                                    

Jangan lupa teken bintangnya 👀
.
Gak jadi ngantuk, jadi-nya ngetik wkwk.

.

Nauna sedang berselonjoran kaki, tengah bersantai di ruang tamu. Tangan-nya bergerak men-scrol layar hp di genggaman-nya.

Jangan salah-kan jika ia sesekali berdecak kesal sambil menatap layar hp-nya karena Ia berusaha mengalihkan perhatian-nya dari wajah Rans yang menguar di pikiran-nya.

Setelah kejadian kemarin Nauna, ia memilih bungkam saja, tak ingin lagi membuka luka lama lelaki itu. Sempat melihat raut wajah Rans yang sedih, yang faktanya, keingintahuan-nya ini akan membawa masalah pada mental Rans.

Teringat kembali, nafas Rans yang tercekat. Hatinya kembali linu. Ia telah mengetahui apa yang dilalui Rans selama ini, walaupun masih kurang jelas, ia sangat tahu dan betul-betul tahu kalau masa-masa yang dilalui lelaki itu sangat mengerikan.

Menarik napas dalam, berusaha menenangkan dirinya. Yap ia harus tampil seperti biasa-nya. Ia tidak boleh menunjukkan rasa kasihan atau iba itu pasti akan melukai hati Rans.

"Nauna?"

Panggilan mama-nya dari arah dapur menyentak-nya dari lamunan.

"Iya maaaa."

"Kamu jadi mau nganter ini gak?"

"Ah iya," gumam-nya. Ia pun melirik jam yang ternyata, jarum panjang-nya mengarah ke angka 10.

Ia pun bangkit, "jadilah maaaa," sambil berjalan kearah dapur.

Melihat sang anak telah berada di dapur, "mama minta tolong kamu ambilin acar di kulkas dong."

Nauna pun menuruti permintaan mama-nya.

Tersenyum manis, ketika acar telah berada disamping-nya, sang mama pun mengucapkan, "makasih ya sayang."

Nauna hanya mengangguk sebagai balasan, memangku dagu-nya dengan kedua tangan yang menopang pada meja bar dapur, matanya bergerak memerhatikan sang mama sedang memasukkan acar pemberian-nya tadi lalu memasukkan ke kotak makanan. Terakhir kotak makanan itu ditutup dan dibungkus dengan kantong plastik.

"Udah selesai, sampaikan salam mama pada Rans," ujar mama-nya sambil menyodorkan kota makanan pada anak-nya, yang reflek diterima oleh Nauna.

"Jangan suka bertengkar sama Rans ya," tambah mama-nya menimpali, karena sempat melihat mata bengkak Nauna tadi malam setelah kepulangan-nya dari rumah Rans.

"Mama sok tahu," kata Nauna sambil berlalu meninggalkan mama-nya yang sedang tertawa pelan.

Sambil menggenggam kantungan berisi kotak makanan, tangan kosong Nauna yang lain, memutar kenop pintu rumah-nya. Ketika pintu-nya terbuka sempurna, tubuh Didi yang menjulang kini berada dihadapan-nya. Tak terkejut, toh wajah Didi emang seperti jelangkung.

Menatap sinis Didi, "Minggir lo."

"Mau kemana lo?" Tanya Didi setelah memperhatikan penampilan Nauna dari atas ke bawah. Hingga penglihatan-nya terjatuh pada kantung yang tengah digenggam oleh Nauna. "Itu apa?" Tunjuk Didi menggunakan dagu-nya.

"Bukan urusan lo!" Bentak Nauna, Minggir gak lo?"

Melihat Didi yang menatap-nya tajam, Nauna mulai siaga. "Lo kenapa sih Di, minggir gak." Sambil menyikut Didi, tetapi nihil tak bergerak sama sekali.

"Gue nanya, ya jawab!"

"Gue udah bilang kan bukan urusan lo!? Lo kenapa sih?"

"Urusan lo berarti urusan gue!" Didi mulai naik pitam.

Trouble Hacked ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang