Malam yang gelap itu membuat siluet siapapun tak terlihat. Sejauh mata memandang, yang kau lihat hanya hitamnya jalan itu. Dua orang beriringan tengah mendaki dimalam hari, berharap akan mendapati indahnya mata hari terbit di waktu fajar nanti. Hilir angin membuat semak itu bergoyang kesana kemari, namun semakin lama semakin brutal guncangan pada semak itu.
"Soo ah sepertinya sesuatu telah mengikuti kita". Ungkap Ji hoon yang merupakan pacar Soo ah.
"Apa maksudmu jangan sembarangan". Balas Soo Ah.
"Kita berdua tidak pernah tahu, apa yang ada di balik semak itu. Seandainya itu hewan buas, cepat lari dan jangan berhenti". Imbuh Ji hoon.
"Apa kau gila?". Lanjut Soo Ah.
Ditengah perdebatan itu, sosok mengerikan benar muncul dari balik semak yang rindang. Gerakannya begitu cepat, lebih cepat dibandingkan makhluk yang mengejar Shim Dan. Berjubah hitam dan berkawanan lebih dari 10 makhluk jumlahnya, sekeliling matanya pun berwarna hitam. Mengintai dan siap menyerang. Bahkan dua orang itu tak sempat berteriak keduanya telah tidak bernyawa. Begitu kejamnya makhluk yang disebut vampire itu. Dilihat dari kemampuannya, kemungkinan itu adalah jenis Vampire paling tinggi levelnya, dan merupakan yang terkuat.
.
.
.
.
Pagi hari yang cerah, aku mulai terbiasa dengan diriku. Aku juga telah berbaikan dengan orang tuaku. Kejadian tempo hari dianggap sebagai kejadian pasca trauma yang aku alami. Pagi itu, ayahku melihat berita harian dari televisi. Kabar yang mengejutkan bahwa ditemukan korban yang meninggal dunia di dalam hutan pegunungan. Hal itu dikategorikan sebagai korban binatang buas seperti yang selama ini di beritakan. Hanya saja kali ini jasadnya tidak hilang.
"Rabu pukul 22.00 telah ditemukan dua jasad yang merupakan pendaki. Diduga ini merupakan penyerangan yang dilakukan oleh hewan buas yang selama ini meresahkan masyarakat Korea. Hal ini berbeda dengan sebelumnya, jasad kali ini tidak hilang dan akan dilanjutkan dengam otopsi".
"Wah ini membahayakan sekali, Shim Dan berhati-hatilah saat pulang malam sendirian. Lagi pula mengapa orang ini pergi mendaki?". Ujar Ayahku menanggapi berita itu.
"Anak muda selalu punya cara untuk menghibur diri mereka". Imbuh ibuku.
"Maksudku adalah, jika di kota saja hewan itu dapat berkeliaran, apa lagi di tengah hutan?". Timpalnya ayahku lagi.
"Ahh, baiklah aku pergi sekolah dulu". Pekikku.
"Hei kau tidak sarapan lagi?". Tanya ibuku. Aku melengos pergi begitu saja, karena tak ingin ditanya macam-macam.
Di perjalanan pikiranku memutar, kapan ini akan berakhir? Apakah baik jika kawanan seperti kami ini di musnahkan? Tapi aku hanya ingin hidup normal. Dan juga mengapa jika selama 8 tahun ini mereka menghilangkan jasad orang yang mereka bunuh, kini malah seperti sengaja meletakkan jasad itu di sana begitu saja. Itu tentu jelas merupakan hal yang disengaja. Apakah penyerangan kepada umat manusia akan dimulai?.
.
.
.
.
Aku berjalan lemah, menahan lapar dan dahagaku sebagai vampire. Kalau dipikir-pikir darah hewan bukanlah makanan utamaku. Itu hanya seperti pengganjal dari rasa lapar yang ku hadapi.
Cukup terkejut melihat sekolah yang lebih ramai dari hari biasanya, kubaca tulisan besar itu dengan jelas "Donor Darah". Mataku berbinar. Tak percaya dengan hal itu aku mengusap mataku dan mencoba membacanya sekali lagi "Donor Darah". Ya benar itu donor darah. Niat burukku muncul. Apakah baiknya aku mengambil kantung darah untukku satu lalu meminumnya tanpa ada yang tahu.
Wah jahat sekali aku kalau begitu, bayangkan betapa dibutuhkannya darah itu untuk orang lain.
Di bawah sinar matahari, aku melihat keindahan yang bahkan membuat jantungku berdegup cepat. Senyum gadis itu membuatku terpana, tanpa bisa menghindarinya lagi. Tanpa sadar aku tersenyum melihat Jennie yang begitu cantik di pagi ini.
Ia mengikat rambut panjangnya, dan tengah mempersiapkan kegiatan donor darah itu bersama rekan dan dokter rumah sakit. Aroma Jennie begitu khas, aku mencium darahnya yang begitu manis. Tak akan aku biarkan Vampire gila itu melukai Jennie, bahkan diriku sendiri tidak akan ku biarkan merubahnya sebagai vampire.
Seseorang menarikku begitu kuat, seperti akan terbang. Dengan cepat membawaku ke sebuah tempat disekolah yang tidak ada siapapun orang melihatnya.
"Ahhh kau ini apa-apaan sih Guru Han?". Celotehku.
"Apa kau tidak melihat? Hari ini akan ada banyak kantung darah". Ujar Guru Han bersemangat.
"Ahhh jangan bicara padaku, aku masih marah padamu tahu". Ucapku.
"Aishh kau benar-benar pendendam harusnya ku biarkan mati saja". Timpal Guru Han.
"Apa?". Ucapku.
"Pokoknya ini adalah kesempatan kita, ingat akan ada banyak kantung darah hari ini". Kata Guru gila itu.
"Bagaimana kau berencana mengambilnya disaat darah itu sangat dibutuhkan untuk orang luar, wah kau sangat jahat". Ungkapku.
"Heh apa kau tidak membutuhkannya? Kau juga membutuhkannya untuk memenuhi nutrisimu, kau sangat kasihan tidak pernah meminum darah manusia bisa-bisa kau menjadi vampire yang busung lapar. Yang paling kasihan adalah dirimu tahu, kau adalah kategori yang membutuhkan donor darah nomor satu. Ambil satu atau 3 kantung tidak akan ada yang tahu". Balas Guru Han panjang lebar.
Aku tidak dapat berkata-kata, guru ini membuatnya sangat jelas. Wah dia punya niat jahat dengan modus kebaikan. Tapi aku memang sangat lapar. Aku yakin Guru Han tidak akan memberiku hasil buruannya, dan hanya akan menyuruhku mengambil kantung darah.
.
.
.
.
Aku tidak percaya aku menuruti kata-kata guru Han yang menyuruhku mengintai untuk mengambil kantung darah itu. Aku mengutuk diriku kali ini.
"Ayo istirahat makan siang dulu jen". Ajak Mina
"Baiklah, aku juga lapar sekali". Kata Jennie.
Yah benar karena kau lapar maka makanlah, aku juga lapar maka aku juga akan makan.
Kantung darah itu diletakkan didalam mobil ambulance. Mengendap-endap aku masuk kedalam ambulance itu. Ku buka kotak besar dihadapanku, dan sangat terkejut melihat isinya. Ada banyak sekali kantung darah. Aku mencium kelezatan yang tiada tara. Tanpa bisa menahannya, aku benar-benar mencicipi lezatnya darah itu dimobil itu juga. Insting vampireku muncul tanpa ku pinta. Taringku memudahkan merobek kantung darah itu.
Seakan menjadi gila, seperti inilah kenikmatan darah manusia. Wah aku benar-benar gila. Tubuhku seakan lebih kuat, tidak bahkan pendengaranku lebih baik sekarang. Aku mengeluarkan suara auaman seperti macan, wah reaksi yang tidak terduga. Darah manusia adalah yang ternikmat. Tidak heran guru Han mengincarku karena darahku manis. Darah biasapun selezat ini. Aku tidak bisa berhenti. Ayolah hanya dua kantung saja sudah cukup jangan mengambil terlalu banyak. Tapi nikmatnya itu tidak dapat ku tanggung. Aku benar-benar gila melahap darah dengan kelaparan.
"Sedang apa kau disitu?". Suara yang akrab denganku, ini suara Jay.
Matilah, bisa-bisanya aku tidak menyadari ada yang datang. Wujudku masih sebagai Vampire, tidak mungkin aku berbalik dengan kantung darah di mulutku.
"Apa kau sakit?". Tanya Jay. Ku mohon pergilah Jay.
Dia mendekati ku, tidak ini tidak boleh terjadi. Dengan cepat ku mendorongnya, dan berlari tanpa dalam sedetik.
"Apa itu tadi?". Tanya Jay terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
vampire & sweet blood
Romanceberdasarkan kesucian cinta yang bisa menetralkan racun yang menyebar ke sistem saraf agar bisa menjadi manusia seutuhnya. menjadi vampire bukanlah kutukan melainkan anugerah untuk berbagi suka dan duka kau yang jadi vampire atau aku yang jadi manusi...