Peralihan

289 22 5
                                    

Berjalan dengan lesu, masih ku ingat penjelasan guru Han padaku mengenai adanya peralihan dalam diriku seperti siluman dalam wujud manusia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Berjalan dengan lesu, masih ku ingat penjelasan guru Han padaku mengenai adanya peralihan dalam diriku seperti siluman dalam wujud manusia. Pantas saja aku dapat mencium aroma yang berbeda dari setiap orang yang ku temui pagi ini.
Laparku hilang, namun mungkin hanya bertahan beberapa jam saja karena pada dasarnya nutrisi yang didapat dari darah manusia dan darah hewan tidaklah sama. Guru Han bilang terlalu sering mengonsumsi darah hewan dapat menurunkan kemampuan vampir dalam bergerak entah itu dari segi kekuatan maupun kemampuan vampir pada umumnya. Aku menjadi gila setiap kali memikirkan harus meminum darah manusia sesekali seperti usulan dari guru Han.
Kuputuskan untuk mengunjungi rumah nenekku yang letak cukup jauh dari rumahku, namun dapat ditempuh dengan waktu yang cepat bila menggunakan kereta bawah tanah. Hal ini kulakukan karena sudah cukup lama aku tidak bertemu dengannya. Saat hendak menanti kereta datang, entah apa yang dipikirkan anak kecil itu hingga berani mendekati rel kereta yang lolong melongsong terbuka luas karena pada detik itu juga kereta dari arah barat datang. Yang lebih parahnya lagi ku lihat anak tersebut terjatuh hingga membuatnya benar-benar berda di tengah rel. Darah ku bergejolak seperti ada api didalamnya, badanku panas dan menjadi ringan. Hingga mataku terfokus pada anak itu, benar-benar fokus sampai sisi lainnya menjadi gelap. Kereta semakin dekat, aku berlari sekencang mungkin, untuk menyelamatkan anak itu. Tapi nyatanya aku tidak berlari yang terjadi akhirnya aku terbang, yah seperti terbang, aku cepat secepat kilat dan berhembus seperti angin. Ku tarik anak kecil itu dalam dekapanku, ku tatap wajah pucatnya yang sama dengan wajahku. Kami sama-sama terkejut. Aku terkesima melihat diriku, kemampuan vampir memang luar biasa. Cukup lama aku terdiam hingga akhirnya aku sadar puluham pasang mata tengah melihat bahkan ada yang merekam potretku.
Ku tinggalkan keramaian bergegas menyembunyikan wajahku. Banyak dari mereka yang juga terkejut dengan hal itu, salah satu dari mereka mengira aku menggunakan sihir.

~~~~~~~

"Simdan!!!". Seru Jay padaku. "Apa kau melihat berita pagi ini?!! Kabarnya kita memiliki pahlawan sungguhan disini". Imbuhnya.
"Berita apa? Pahlawan apa?". Tanyaku.
"Coba lihat ini, mereka menyebutnya hero". Jawab Jay sembari menyerahkan ponselnya padaku.
Dan seperti dugaanku, orang yang mereka sebut hero itu adalah aku, karena kejadian kemarin sore yang sempat mencengangkanku. Syukurnya karena mereka memblur bagian wajahku sehingga tidak ada yang tahu kalau itu aku.
"Wahhhh lihat itu caranya dia terbang, apa dia benar hero? Atau dia ahli sihir? Ah aku tidak peduli pokoknya ayo minta bantuan padanya untuk menghabisi para bedebah di sekolah ini". Celoteh Jay.
"Itu mungkin sebuah editan, mustahil adanya orang yang mereka sebut hero itu. kau pikir negara kita adalah negara avengers??". Tukas cuek.
"Ada apa dengamu? Hey!! Kita bisa berlindung padanya". Seru Jay padaku yang bergegas pergi meninggalkannya.

~~~~~~

Ku masuki ruang kelas yang suram itu, bergelut dengan segelintir cemohan anak-anak berandal dan nakal. Ujung hezelku melirik sudut ruangan yang menampakkan sesosok kecantikan yang tiada duanya. Ku tatap Jennie sejenak, dia tersenyum tipis padaku. Aku bingung padanya, entah di masih marah atau tidak sikapnya membuatku bingung.
Setelah kelas usai aku berencana untuk kembali menemui nenekku setelah mengalami kegagalan pertama saat mencoba menemui wanita tua renta karena adanga kejadian kemarin itu.
Tiba-tiba saja Jennie mendekatiku, dia bertanya apakah aku sudah baik-baik saja.
"Kau sudah pulih?". Tanyanya.
"Hn, lumayan". Jawabku kikuk.
"Hati-hati jika akan pulang, jangan sampai kau diculik lagi, sekarang ini banyak kejahatan yang meraja lela". Tukasnya. Yang sukses membuatku bingung, apakah dia benar-benar sudah melupakan amarahnya.
"Ah iya kau juga,, jangan pulang terlalu larut". Balasku kaku.
"Ah iya ngomong-ngomong ternyata kau suka padanya juga yaaa? Semua lelaki memang sama". Kata Jennie.
"Siapa yang suka siapa?". Tanyaku.
"Kau juga menyukai guru baru itu, itu wajar dia memang cantik dan bodynya bagus. Dan kulihat kalian sudah dekat". Jelas Jennie. Tunggu dulu, untuk apa dia mengatakan ini? Cemburu??.
"Maksudmu guru Han? Haha memangnya aku gila menyukainya? Kami tidak dekat hanya saja guru Han itu jiwanya agak terganggu jadi kadang dia sok akrab denganku. Kau tidak usah khawatir kami tidak punya hubungan apapun". Ungkapku percaya diri.
"Hn??". Jennie nampak heran karena kepedeanku.
"Maksudku, kami tidak dekat bahkan kenalpun tidak". Jelasku.
"Ah iya iya. Kalau begitu aku pulang duluan, sampai jumpa". Ujar Jennie.

vampire & sweet bloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang