Perlahan ku langkahkan kakiku menuju ruang kelas yang sudah cukuo ramai. Melihat sekeliling, kondisi kelas yang sudah 3 periode ku tempati itu sama sekali tidak ada perubahan. Ya memang dari kelas 1 kami tidak pernah pindah kelas hal ini karena bangunan yang seharusnya menjadi tempat kami diserang makhluk aneh mereka kuat dan ada darah!.
Tapi aku tak begitu peduli akan hal itu karna aku juga menyukai kelasku.
Keindahan yang terpancar, pencahayaan yang apik, membuat wajahnya semakin bersinar. Dia cantik sekali, seorang jennie tak pernah terlihat buruk dimataku. Dia selalu sempurna meskipun melakukan hal konyol sekalipun.
"hey sim dan!". Kata seorang lelaki di pojok ruangan. Dia adalah Jay, sahabatku. Kami berdua adalah orang yang payah, oleh karena itu dia menjadi teman karibku. Kami sudah saling mengenal sejak kecil. Kami selalu berbagi suka dan duka bersama. Bedanya dia adalah orang yang sangat mandiri, sedangkan aku tak bisa hidup tanpa belaian kedua orang tuaku. Jay sudah tinggal sendiri selama 9 tahun belakangan ini, kedua orang tuanya sudah meninggal. Ada yang bilang hewan buas sudah memakannya. Entahlah makhluk apa itu tapi yang pasti Jay sangat terpukul saat itu. Kini ia hanya menjadi penerus ayahnya menjaga toko bunga di pinggir jalan tak jauh dekan sekolahku.
Aku menghampirinya, sambil menyodorkan buku PR ku. "Kenapa kau tak pernah mengerjakan tugasmu?!". Ujarku padanya.
"hey kau tau aku sangat sibuk di toko, bagaimana bisa aku mengerjakannya?!". Ucap Jay.
Kelas menjadi sangat ribut pagi ini, mereka tengah gempar membicarakan makhluk asing yang sedang viral 9 tahun belakangan ini.
"aahh bagaimana bisa pemerintah tidak mengambil tindakan? Kami sudah cukup resah dibuatnya, bagaimana jika kita yang selanjutnya di incar?!". Kata salah seorang gadis remaja berambut pirang. "Aahh para polisi itu!". Gerutu mereka kesal.
Bagi kami para pecundang dilarang keras ikut campur dengan hal-hal yang berhubungan dengan anak hits. Jadi kami selalu diam jika ada kejadian seperti itu, meskipun menyangkut kesalamatan kami juga.
Tetap saja tatapanku mengarah pada jennie,, ia tak akrab denganku tapu ia selalu baik kepada orang pecundang sepertiku. Aku menghargainya. Tiba-tiba dia menengok kepadaku,, luar biasa dia tersenyum 😊..
Cantiknya senyum itu akan selalu menjadi potret termanis dihidupku.
KAMU SEDANG MEMBACA
vampire & sweet blood
Romanceberdasarkan kesucian cinta yang bisa menetralkan racun yang menyebar ke sistem saraf agar bisa menjadi manusia seutuhnya. menjadi vampire bukanlah kutukan melainkan anugerah untuk berbagi suka dan duka kau yang jadi vampire atau aku yang jadi manusi...