Deretan mobil polisi, memenuhi halaman rumhaku. Dengan sigap kaki-kaki jenjang itu menyusuri tiap bagian rumahku. Mencari kalau-kalau ada sesuatau yang dapat menjadi petunjuk keberadaanku. 1 minggu telah berlalu semenjak berita kehilanganku dikumandangkan.
Terlihat begitu ramai rumahku di kala itu. Deretan rangkaian bunga menghiasi halaman pekaranganku, derai tangis terdengar hingga ke penjuru kompleksku.
Beberapa hari sebelumnya di temukan sebuah mayat tanpa identitas di sekitar kompleksku, yang mereka yakini itu adalah diriku. Mengingat keberadaanku tak kunjung diketahui. Mereka menarik kesimpulan bahwa aku sudah mati.
Sudah mati atau belum akupun tak tahu. Diriku terjaga tapi tak sadar ada dimana. Bahkan tak terlihat seperti dunia,, ini adalah kegelapan. Kegelapan yang sangat mengerikan. Lapar dan haus kurasakan, ingin memakan sesuatu yang segar yang dapat membuatmu melayang dan terbang saat sedikit demi sedikit mencoba menelannya.
seorang gadis dengan rambut yang tergerai kembali mengulurkan tangan mulusnya kearahku. Mengaktifkan saraf dan panca indraku untuk menjadi liar. Jantungku berpacu lebih cepat, nafasku terhambat. Dengan refleks ku gigit tangan yang ada di depanku. Merasakan manisnya darah yang kian mengalir di mulutku. Tak dapat ku hentikan kenikmatan yang tak pernah kurasakan. Jiwaku menjadi liar akal sehatku menghilang, tubuhku bergetar. Apa yang sebenarnya terjadi padaku. Mungkinkah ini alam dimensi yang berbeda dengan dunia yang biasanya ku tinggali?
Tangisan yang tak kunjung berhenti dilakukan oleh ibuku membuat Jay sahabatku menahan isak dan sesak didadanya.
Rautnya pucat, senyumnya tak nampak, matanya sayu. Kondisinya bahkan lebih buruk dari orang tuaku. Jay memang hanya memiliki diriku. Dia selalu bergantung padaku, dan aku pun begitu.
"Kau lihat itu Jennie? Kasihan sekali orang tuanya". Ujar Mina.
Jennie hanya tertegun entah apa yang ia rasakan, mungkin dia mencoba menghapuskan kebenciannya padaku.
"Ibu". Panggilku sebelum jatuh tersungkur ke lantai. Entah bagaimana caranya ku kembali semua terjadi begitu cepat, bagaikan bunga tidur yang tak berujung. Sontak membuat seluruh orang diruangan itu menjerit kaget. Bagaimana bisa mayat yang sudah di kremasi kembali dalam wujud yang utuh.
"Simdan anakku!". Ujar kedua orang tuaku sembari datang menghampiriku. Melihat rupaku yang buruk, Simbah darah mengering di bajuku. Membuat orang tuaku mengucurkan liquid beningnya.
"Apa yang terjadi?! Simdan?!". Rengek ibuku menangis, memegang kedua pipiku yang lusuh dan menatap wajahku yang tak sadarkan diri. Tubuhku lunglai serasa tak bertulang. Telingaku berdenging apa ini kehidupan kedua?****
Menipiskan tidur lelapku, menyambut mentari yang datang menyapaku. Ku kerjapkan kelopak mataku mengumpulkan kesadarnku.
Menatap jam beaker di samping tangan kiriku. Menunjukkan pukul 07.00 AM.
Menutup kembali selimut tebalku, berencana tak akan berangkat sekolah. Semuanya kembali normal seperti tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Ingatanku rusak tak dapat menerka apa yang terjadi sebelumnya. Tapi rasa sakit itu masih membekas adanya.
"Kresek kresek". "Kresek kresek". "Cit cit". "Krek krek". Bunyi bising terdengar nyaring ditelingaku.
"Tck!". Umpatku sembari mencari asal muasal bunyi itu.
Aku terpaku melihat pandangan yang tak biasa ku lihat. Mataku mungkin ada yang salah dengan mataku. Dalam hitungan detik aku bisa melihat laba-laba membuat jaring dan semut membuat sarang secara bersamaan semuanya fokus. Tak pernah sedetail ini sebelumnya. Ku alihkan pandanganku keluar jendela. Secara refleks dapat ku lihat kepompong berubah menjadi kupu-kupu dan bunga yang mekar secara bersamaan.
"Indah sekali". Ungkapku tersenyum.
Ada yang aneh dengan diriku tapi selama itu tak merugikanku tak akan masalah bagiku
KAMU SEDANG MEMBACA
vampire & sweet blood
Romanceberdasarkan kesucian cinta yang bisa menetralkan racun yang menyebar ke sistem saraf agar bisa menjadi manusia seutuhnya. menjadi vampire bukanlah kutukan melainkan anugerah untuk berbagi suka dan duka kau yang jadi vampire atau aku yang jadi manusi...