berdasarkan kesucian cinta yang bisa menetralkan racun yang menyebar ke sistem saraf agar bisa menjadi manusia seutuhnya.
menjadi vampire bukanlah kutukan melainkan anugerah untuk berbagi suka dan duka kau yang jadi vampire atau aku yang jadi manusi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menyimpan banyak rahasia didalamnya. Aku yang sedari terfokus dengan memperhatikan deretan semut yang sedang berpatroli diatas meja belajarku, membopong sisa-sisa makanan yang manis rasanya, masih saja melengos heran dengan diriku sendiri. Aku bahkan bisa mendengar suaranya, ini menakjubkan. Tak seperti aku yang biasanya. Tubuhku lebih terlihat kekar dan berisi padahal aku tak pernah berolahraga. "Simdan,,, cepat bangun dan sarapan!! Kau harus kembali kesekolah". Pinta ibuku dari luar kamar persegi tak terlalu besar itu. Aku tak bergeming tapi langkah kakiku menjawab segalanya. Menyusuri lantai marmer kamarku menuju tempat merenung paling terbaik sepanjang sejarah "Kamar mandi". "Mungkin sedikit cukuran bisa mengurangi kusam". Gumamku mengambil pisau cukur di balik cermin yang tengah menatapku. Memulai dari sisi kiri wajahku hingga berlawanan arahnya, kudapati sepasang bulatan merah menghitam dileherku. Perlahan ku sentuh memastikan mungkin saja itu hanya sebuah gumpalan kotoran tak berdaya. Tak ada rasanya, sedikit berlubang namun tidak menimbulkan nyeri. "Apa mungkin aku terluka parah karna ini?? Atau binatang buas telah menyerangku?". Pekikku tapi tak peduli dengan fenomena langka sepanjang hidupku.
****
"Duduk dan makanlah,, aku membuatkan nasi goreng kesukaanmu". Pinta ibu dengan senyum mengembang diwajahnya. Ku tatap wajah yang kurindukan itu, di selingi dengan menatap hidangan yang begitu menggoda imanku. "Kau pasti sangat lapar,, ayo makan". Lanjut Ayahku. "Baiklah". Ujarku mengambil sendok disamping piringku. Perlahan menyodorkan suapan besar kedalam mulutku, dengan rasa lapar yang menggebu. Aku memang kelaparan, bahkan tidak ingat kapan terakhir kali aku makan.
"Humpphh". Rasa mual yang entah mengapa tiba-tiba datang. Tidak pernah sebelumnya tubuhku menolak masakan ibuku yang begitu merayu. Tak dapat lagi ku tahan asam lambung yang kian meningkat didalam perutku. Sontak membuatku beranjak menuju kamar mandi untuk mengeluarkan semua yang pernah masuk sebelumnya. Tubuhku bergetar, sendiku melemah. Aku terkulai lemas. Sebenarnya apa yang terjadi padaku?. Perutku lapar, tapi menolak untuk menampung makanan. "Simdan,, kau baik-baik saja sayang?". Tanya ibuku khawatir. Aku tak bergeming rasa lapar yang tiba-tiba datang sangat menyiksaku. "Aku,, a-aku lapar,, aku laparrr,, lapar, lapar. Lapar sekali, lapar!!". Teriakku. Tubuhku hilang kendali, pikiranku diambil alih oleh nafsuku. Rasanya bukan aku, ini bukan diriku. Sesuatu pasti telah merenggut jiwaku dan menggantinya dengan kegelapan. Ku dorong tubuh ibuku hingga terjatuh kelantai. Ayahku bergelagap heran, apa yang sebenarnya terjadi padaku. Rasa laparku semakin terasa disela-sela nafsuku yang begitu besar untuk menyakiti seseorang. Ku dekati wajah ibuku dan hendak mencekik lehernya. "Simdan apa yang kau lakukan?!!". Ujar ayahku berteriak. Aku tersadar semuanya kembali normal,, hanya saja aku merasa lemas dan tak bertulang. Sejenak memejamkan mataku,, mencari jernihnya kembali pikiranku. Wajahku memucat keringat dingin mengucur di dahiku. Ku rasakan hangatnya tangan ibu menyentuh permukaan keningku. "Dia demam". Kata ibuku. "Aku yakin sesuatu pasti telah terjadi padanya. Dia pasti mengalami trauma tak biasa. Sebaiknya kita berkonsultasi pada dokter". Lanjut ayahku. Aku yakin mereka mengkhawatirkanku, karena aku sendiri pun mengkhawatirkan keadaanku yang mengalami banyak perubahan.