08 - Menuju Hari Special

7 3 0
                                    

Tanpa disadari, 3 hari berlalu. 23 Februari, h-3 adalah dimana hari special nya Aletta.

Kawan dan sahabat Aletta memutuskan untuk membuat surprise di hari special nya nanti, terutama Amira dan Alexa.

Mereka (Amira, Alexa, Laura, Arkan, Darren, Dio, dan seluruh teman sekelasnya) membuat rencana, yaitu "Eh, gimana kalo kita bikin Aletta kesel? Dia kan agak emosian nih, nah kalo dia udah kepancing terus dia marah sama kita. Terus kita pura pura "Kecewa" dengan sikap dia gitu. Setuju nggak?"

"Hm, kayaknya itu terlalu mainstream deh. Apa dia nggak nyadar kalo misalkan kita tiba tiba diemin dia, terus dia mikir "Ah paling mereka diemin gue kayak gini tujuannya buat surprise in gue, kan 3 hari lagi gue ulang tahun" kalo dia sampe mikir kayak gitu gimana dong?"

Amira dan Alexa tetap dengan rencana nya itu, "Ya nggak. Kan kita bukan langsung diemin dia gitu aja. Makannya yang tadi gue bilang, kita bikin dia marah dulu sama kita, terutama gue sama Alexa. Karena kan walaupun Aletta orang nya gampang baper tapi kalo ke gue sama Alexa dia pasti nggak bakal bisa marah,"

"Atau nggak, gue sama Amira aja deh yang diemin dia. Kalian pura-pura kayak biasanya aja. Setuju ya."

Akhirnya semua teman dan sahabat Aletta setuju dengan rencana Amira dan Alexa. Mereka bergegas menelfon Aletta yang belum datang ke sekolah, biasa nya dia lah yang selalu datang pagi dibanding teman-teman nya. Sesudah Alexa menelfon, kemudian datanglah Aletta ke kelas.

Ia dengan Amira akan memulai rencana nya pada jam istirahat. Ia berdua memikirkan cara nya bagaimana Aletta bisa marah kepada mereka.

Kemudian, Laura, teman kelas nya Aletta mengusulkan pendapat nya. Ia mengusulkan, "Eh gimana kalo buat dia nggak mood dulu? Si Arkan suruh ganggu dia aja, sampe Aletta bener-bener marah,"

"Terus kalo udah marah, gue sama Amira harus ngapain?"

"Nah itu, biasanya kan kalo mereka berantem, lo berdua pasti bela in Aletta kan? Nah disini deh lo berdua seakan-akan salahin Aletta dan berpihak sama si Arkan. Setuju nggak?"

"Ah iya juga, thanks ya, Lau."

10 menit sebelum bel istirahat bunyi, Laura menarik tangan Arkan untuk membicarakan rencana ulang tahun Aletta. "Ayo ikut gue" ujar Laura.

"Eh! Mau kemana sih. Gak usah pake narik tangan gue bisa nggak?"

"Bawel. Udah cepet ikut gue. Ada yang mau gue omongin, penting!"

Laura menarik Arkan sampai ke depan kelas, ia langsung menyampaikan rencana yang ia sudah bicarakan tadi dengan Amira dan Alexa. "Pokoknya lo harus buat dia kesel sama lo ya."

"Nah ini nih yang gue suka, gangguin Aletta, haha. Okey, santai aja. Gampang kok."

"Yee, emang gak ada akhlak lo."

Bel berbunyi, istirahat tiba. Aletta yang sedari tadi pagi seperti sudah tidak ada mood, Arkan bergumam, "Ini kayaknya waktu yang tepat nih, dari pagi tampang muka nya udah kayak gak ada tujuan hidup, anjrit. Okey, Arkan, lets gooo."

"Eh, alay. Tumben gak nulis cerita-cerita karangan lo yang gak jelas itu, biasanya setiap hari ada aja karangannya, haha."

"Berisik lo."

"Yes, jawaban nya mantep nih. Ayo Arkan terobos jangan kasih kendor!!"  gumam nya. "Mungkin lo udah sadar ya, kalo nulis kayak gituan gak ada guna nya, iya kan? Gue bilang juga apa, Al. Gak usah lah lo nulis gituan, gak guna."

Amarah Aletta semakin menjadi-jadi, ia cukup muak dengan apa yang Arkan lontarkan. "BACOT. LO ADA DENDAM APA SIH SAMA GUE?! GAK BISA BANGET YA EMANGNYA LIAT GUE TENANG?! GUE UDAH CAPEK BANGET YA ARKAN DENGER LO BAHAS KAYAK GINI TERUS!!" — seisi kelas langsung terpacu pada Arkan dan Aletta. Arkan hanya tertawa kecil melihat Aletta berbicara seperti itu, tetapi sedikit Arkan merasakan perasaan bersalah karena ia terlalu berlebihan.

ArlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang