04 - Hukuman

230 25 2
                                    

Hari ini. Hari senin. Senin? Upacara? Matematika? Huft. Aletta & Alexa sudah ada di kelas. Cuma ada mereka berdua di kelas, murid lain belum ada yang datang. "Sa, tumben ya.. hari ini adem. Nggak biasa nya se adem ini. Gue harap sih si Arkan nggak bikin gue kesel hari ini." ujar Aletta dengan senyum di bibirnya.

"Iya, tumben ya. Eh? Haha iya iya, gue harap juga gitu sih. Biar sehari aja gitu kelas tenang. Nggak ada yang berisik." jawab Alexsa, lalu "Eh eh eh, Al! Liat deh di lapangan. Itu si Arkan, kan?" lanjut Alexsa.

"Hah? Mana? Eh iya, itu Arkan. Emang kenapa, Sa?" Aletta spontan melirik lapangan. "Nggak apa apa sih. Panjang umur aja tuh si Arkan. Baru di omongin udah muncul." ledek Alexsa.

"Eh! Eh! Shut. Orang nya mau kesini. Nanti kalo dia denger kita ngomongin dia, yang pasti dia bakalan marah." ujar Aletta berbisik. "Ya iya lah, dia mau kesini, orang ini kelas dia juga kok. Lagian lo, takutan banget sama dia." jawab Alexa.

"Bukan gitu. Kan tadi gue ngomong, kalo gue nggak mau berantem sama dia hari ini." jawab Aletta. "Iya juga sih. Tapi yakin nih? Emangnya lo bisa nahan emosi lo gitu?" tanya Alexa.

"Ya, ya.. ya gatau sih, hehe" jawab Aletta terbata2.

"Udah ah. Mending masuk. Cari topi sana. Topi gue sih, gue bawa pulang ya. Udah cepet, nanti di ambil orang lo di suruh maju ke depan. Mau?" ujar Aletta menepuk bahu Alexa.

"Eh iya! Bener juga. Untung lo ingetin, Al. Ya udah yuk. Eh? Amira mana ya?" tanya Alexa.

"Kebisaan. Hm, nggak tau deh. Biasanya juga dia dateng pagi2 kan? Apa dia nggak masuk hari ini kali ya?" Aletta tanya balik. "Iya kali ya. Ya udah deh. Ayo, Al." ajak Alexa.

"Iya, yuk."

Aletta & Alexa memasuki kelas nya. Sudah ada banyak murid yang datang. Namun Amira belum juga datang. "Ayeyy!! Dapet juga nih!!" teriak Alexa. "Berisik." ucap Arkan.

"Kayak lo nggak pernah berisik aja sih!" ujar Alexa.

"Kok si Arkan nggak bales ocehan Alexa ya? Biasa nya langsung nyerocos tuh anak. Tumben. Gue tanya nggak ya? Tanya? Nggak? Tanya? Nggak? Gengsi, Al? Masih jaman emang? Ya udah deh. Gue tanya aja." batin Aletta. "Eh? Hm. Lo kenapa, Kan?" tanya Aletta.

"Kenapa apa nya?" jawab Arkan.

"Eh? Serius nih? Jawab nya santai gini?" Aletta bergumam.

"Hah? Lo ngomong apa tadi?" tanya Arkan yang baru saja mendengarkan Aletta bergumam. "Eh? Nggak apa apa, Kan. Tumben diem aja? Ke- kenapa?" tanya Aletta.

"Nggak. Gue nggak apa apa kok, Al." jawab Arkan dingin.

"Bener2. Tumben banget." batin Aletta.

"O-oh. Ya udah kalo nggak ada apa apa. Gue duluan. Lo nggak turun?" tanya Aletta. "Hah? Belum bel kali, Al." ujar Arkan dengan senyum di bibirnya.

"Hah?! Dia senyum ke gue? Eh? Gue kenapa jadi kayak orang belum pernah liat senyum aja deh." batin Aletta. Pipi Aletta me merah. "Al? Lo pake blush on ya?" tanya Arkan yang mampu membuat Aletta kaget.

"Hah? Ya ng- ng-nggak lah. Ngapain juga gue ke sekolah pake blush on. Nggak banget. Emang nya kenapa lo nanya gitu?" tanya Aletta masih dengan pipi merah nya. "Abisnya, pipi lo merah gitu tadi." ujar Arkan.

"Hah? Duh. Pasti dia nyangka nya pipi gue merah gara2 tadi dia senyum ke gue deh! Ih." batin Aletta.

Kringg!! Kringg!! Bel berbunyi.

ArlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang