TYPO
¤¤¤
Hahh'
Ntah sudah berapa kali aku menghela nafas sejak pagi tadi. Bagaimana tidak, manusia sialan yang berkedok menjadi bosku itu memberiku tumpukan tinggi laporan yang harus kukerjakan, dan lihat ini sudah mendekati jam pulang kantor tapi pekerjaanku belum selesai.
"Tya, sudah selesai?" Suara itu
Aku mengirup nafas sedalam-dalamnya dan mengeluarkannya agar lebih rilex menghadapi manusia kurang ajar yang sialnya tampan didepanku ini, masih persis seperti bertahun tahun lalu.
Aku memasang senyum semanis mungkin
"Belum pak, sepertinya saya akan lembur" ucapku
"Lembur?" Tanyanya, aku mengangguk
"Gak masalah kalau harus lembur?"
Pertanyaan macam apa itu Jaehyun?
"Tidak pak, saya juga udah biasa dan pun banyak karyawan yang lembur juga" jawabku
"Saya tunggu"
Hah? Apa-apaan itu?
"Tidak usah pak, saya bisa lembur sendiri tanpa ditemani bapak" aku menekankan setiap kata-kataku agar si brengsek didepanku ini mengerti
"Kamu pikir saya mau nemenin kamu lembur? Pd banget, saya juga mau lembur"
Oke aku sangat malu.
"Ah..gitu tapikan bapak udah gak ada kerjaan kenapa harus lembur? pun kerjaan bapak sudah selesai dari siang tadi, gak ada berkas lagi dimeja bapak" ucapku
"Heh kamu pikir saya se-free itu?" Tanyanya kesal, aku mengangguk.
"Sok tau kamu"
"Saya tau beneran pak, saya sekertaris bapak" sambungku dengan senyum, membuat lelaki dihadapanku ini mencebik lalu pergi begitu saja
Aku tersenyum, dalam hati aku berteriak girang setelah menang debat dengan Jaehyun sialan ini, Ya dia Jaehyun wijaksono Djung, CEO terkenal yang sangat tampan dan banyak digosipkan berkencan dengan para wanita papan atas dari jajaran selebritis sampai model, tapi sampai saat ini tidak ada konfirmasi yang real akan berita itu, oh jangan lupakan sitampan ini adalah mantan suamiku, Ya lelaki dengan username instagram @jaehyundjung dengan centang biru disampingnya, pengusaha terkenal itu adalah mantan suami seorang Tyana Leeliana, yang sekarang menjabat sebagai sekertaris nya.
Aku bekerja untuk ayahnya terlebih dahulu disini sebelum si sialan itu kembali, dan sekarang menjadi atasanku, bahkan kami sudah bekerja bersama selama 1 tahun belakangan ini.
Aku harus menelan pil pahit tiap harinya karna harus berhadapan dengan seorang dari masa laluku yang suram, sangat suram dan sangat menyedihkan untuk diingat.
Untukku dia tidak lebih dari lelaki brengsek yang tega meninggalkan ku untuk wanita lain, alasannya karna saat menikah aku tidak kunjung memberikannya keturunan.
Aku membencinya benar-benar membencinya. Aku benci Jaehyun.
Tapi seperti yang terjadi, aku anggap ini takdir, takdir Tuhan yang memang harus aku jalani, pun bukankah rasa sakit akan hilang ketika kita berani menghadapinya?
Aku mencoba membuang semua rasa sakitku dan bekerja untuknya, menjadi seorang pekerja yang profesional bukankah harus mengesampingkan urusan pribadi?
Lagipun jika dipikir-pikir, jika aku reesign dari pekerjaan ini, aku akan jatuh miskin, pengangguran lalu mau ku kasih makan apa anakku? Sulit mencari pekerjaan saat ini walau aku adalah seorang sarjana. Masih untung keluarga Djung itu memberiku pekerjaan setelah bercerai dengan anak tunggal mereka.
Semenjak bercerai dengan Jaehyun, kedua orangtuanya masih sering menemuiku, bahkan keduanya sangat baik padaku dan juga anakku.
Ya, kami punya, tidak maksudku aku punya anak, si sialan itu bahkan tidak tau kalau dia punya anak. Jaehyun terlalu terburu-buru dan tidak sabaran.
Aku punya seorang anak laki-laki yang tampan, namanya Mark.
Anak yang kubesarkan sendirian, anak yang tau bahwa ayahnya sudah meninggal, ya itu yang kukatakan padanya, dari pada harus repot-repot menjawab pertanyaannya. Ayahnya sudah meninggal, kejam? Itu kurang bahkan seharusnya aku mengatakan bahwa ayahnya meninggal karna dimangsa singa atau hewan buas lainnya, tubuhnya habis dan hanya menyisahkan tulang yang tidak ditemukan, singkatnya benar-benar ayahnya tidak ada lagi baik raga maupun nafasnya.
Dunia sudah terlalu sering mengkhianatiku, sampai aku bertemu seseorang yang bertahun-tahun kuanggap satu-satunya sandaran, satu-satunya orang yang mau mendengar keluh kesahku, satu-satunya orang yang kupercaya bahkan aku mencintainya sepenuh hatiku, satu-satunya orang yang kupunya, namun dengan mudahnya ikutan mengkhianatiku, Jaehyun adalah rasa sakit paling besar sepanjang hidupku. Aku tidak pernah membayangkan hal itu sebelumnya.
Aku mengenal Jaehyun saat masih SMA, disebuah cafe yang sering kudatangi bersama teman-temanku.
Kami dekat, semakin dekat. Menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih dan ketika dia lulus kuliah, Jaehyun melamarku.
Kami menikah dan menjalani kehidupan rumah tangga yang indah, sangat indah sebelum pagi itu datang.
Pagi itu, pagi dimana aku akan memberitahunya soal kehamilanku, kupikir dia akan senang dan bahagia. Memelukku dengan erat dan mengatakan beribu kata cinta seperti setiap harinya.
Namun semuanya lenyap sekejab, saat aku memasuki apartemen miliknya, ya sebelumnya dia mengatakan padaku akan lembur karna pekerjaannya dan pulang ke apartemen, saat itu Jaehyun masih bekerja diperusahaannya sendiri.
Apa yang aku dapatkan? seorang wanita yang tidur di diranjang apartemen Jaehyun dan suamiku yang baru keluar dari kamar mandi.
Tidak butuh penjelasan, semuanya sangat jelas. Lalu aku berlari pergi dari sana. Mulai saat itu aku sangat-sangat membencinya.
Berakhir aku menutupi kehamilanku dari Jaehyun, bukan tapi juga dari semua keluarganya. Keluargaku? Tidak ada. Aku tidak punya, ayahku meninggal saat aku masih SMP, ibuku menikah lagi setelah aku memasuki bangku SMA dan pindah ke luar negri, entah luar negri yang mana aku tidak tau. Aku tinggal sendiri, darimana aku mendapatkan uang? Dari ibuku, walau aku tidak tau keberadaanya dia membiayai hidupku.
Tetapi lambat laun ibu Jaehyun mengetahuinya, yah kurasa sekarang hanya lelaki sialan itu yang tidak tau. Aku meminta agar mereka menutup mulut soal Mark, awalnya mereka menolak, dan berakhir setuju karna sedikit ancaman yang kubuat. Akan membawa cucu mereka pergi jauh, sampai mereka tidak akan menemukan kami.
Aku tau orangtua Jaehyun juga sedih bahwa yang cucu mereka tau, anak mereka sudah meninggal, aku tau jelas itu. Tapi hal itu sudah menjadi keputusanku. Aku benci pengkhianat.
Awalnya setelah bercerai aku pindah ke Seoul untuk memulai hidup baru dengan segala kekuatan dan uang yang kupunya, tapi ternyata hidup di negara orang tak semudah yang aku pikirkan, ketika Mark berumur satu tahun aku memutuskan kembali ke Indonesia, waktu itu kudengar Jaehyun juga pindah ke Kanada.
Cukup melegakan, setidaknya aku dan Mark tidak akan bertemu dengannya, tapi ternyata takdir lebih menyebalkan dari yang kubayangkan. Dia kembali, dan menggantikan ayahnya dikantor, itu artinya Jaehyun memegang dua perusahaan sekaligus, ntah sudah sekaya apa Jaehyun itu, wajah yang tampan, dan kaya raya. Lalu apa lagi yang kurang? Oh iya, dia tidak punya hati.