GD. 21

1.6K 102 51
                                    

"Maaf"

"Maaf"

Ucap keduanya dengan bersamaan membuat mereka yang awalnya menatap lurus ke depan langsung saling bertatapan.

"Gue yang harusnya minta maaf, Lis. Bukan lo" ujar Shela tahu diri.

Lisya tersenyum tipis, padahal selama ini ia tidak pernah menyalahkan Shela yang tidak tahu menahu tentang pernikahannya.

"Gue juga minta maaf" Lisya menghela nafas sebelum melanjutkan ucapannya "... karena gak cerita sama lo" lanjutnya membuat Shela tersenyum kecut.

"Ya. Itu akar dari semuanya" ucap Shela membenarkan.

Jika saja Lisya memberitahu siapa suaminya, Shela tidak akan bertindak selayaknya orang bodoh.

"Lo ke rumah Bunda?" tanya Lisya tanpa melihat kearah Shela yang duduk di sampingnya. Mereka duduk berdekatan tapi seperti ada dinding kokoh yang membatasi mereka.

Mereka tengah duduk di taman belakang sekolah, tempat dulu Shela bercerita jika Gelvan pacarnya. Tadi saat jam istirahat kedua, Lisya meminta Shela agar bisa berbicara dengannya. Lisya melakukan ini karena mendapatkan kabar dari sang Bunda jika Shela main kerumah. Dan karena itu juga malamnya Lisya pulang ke rumah Bundanya, tentunya tanpa Gelvan. Awalnya Disya memang menanyakan Gelvan, tapi dengan segala alasan yang Lisya berikan, membuat Disya mengerti.

"Iya. Dan gue rasa lo tau alasan kenapa gue kesana" Lisya mengangguk mengiyakan ucapan Shela.

"Dan lo sekarang percaya?" tanya Lisya kini menatap Shela, namun Shela tidak membalas tatapannya.

Shela mengangguk pelan. Ia percaya, sangat malah.

"Kenapa lo gak cerita sama gue?" tanya Shela pada akhirnya.

Lisya menghela nafas mendengar pertanyaan Shela, ia mengalihkan tatapannya dari Shela, lalu ikut menatap lurus ke depan, meski hanya memandang pohon-pohon.

"Lo inget saat gue mau ngasih tau sama siapa gue di jodohin?"

Shela terdiam, ia mengingat kembali kilasan beberapa bulan yang lalu.

"Ingat. Lo malah bilang 'Lo gak bakalan kenal deh. Soalnya dia itu pindahan dari luar kota. Terus dia pindah ke SMA Bakti' dan bodohnya gue percaya" ujar Shela mengingat, sangat mengingat hari itu. Hati itu adalah hari bahagia dirinya karena menjadi pacar dari seorang Gelvan Grevansya, tapi siapa yang tahu jika hari itu adalah hari terbimbang dan tersakitnya seorang Lisya.

"Gue bilang gitu, karena lo. Karena lo terlihat bahagia menjadi pacar El. Gue nggak tega merusak kebahagiaan lo dengan pengakuan gue yang bahkan El sendiri menutup diri dari gue" jelas Lisya.

Shela menatap Lisya dengan rasa bersalah, tidak menyangka jika Lisya lebih mengutamakan dirinya daripada diri Lisya sendiri.

"Lis, gue saat itu bener-bener nggak tau--" Shela terasa suaranya tercekat ditenggorokan, ia tidak sanggup lagi.

Melihat Shela yang merasa bersalah padanya, Lisya jadi tidak tega melihatnya. Padahal Shela tidak mengetahui apapun pernikahan dirinya dan Gelvan.

"Lo nggak salah" ucap Lisya lalu menarik tubuh Shela untuk dipeluknya.

"Kita bisa kayak dulu lagi kan, Shel?" pinta Lisya berbisik yang langsung di angguki oleh Shela. Dan Shela pun mengeratkan pelukkannya.

"Ceritain semuanya, plis" pinta Shela yang tentu dilaksanakan oleh Lisya. Lisya menceritakan semuanya, awal perjodohan dirinya, pertunangan yang singkat dan perjalanan pada jenjang pernikahan.

"Gue udah putus sama Gelvan dan ternyata dia juga macarin gue cuman buat alasan nolak perjodohan" curhat Shela.

"Lo tau, Lis?" tanya Shela yang tentu mendapatkan gelengan kepala sebagai responsnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gelsha DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang