GD. 02

609 50 0
                                    

Apapun harapan kita terhadap masa depan, jika takdir tidak menghendakinya, maka kita sebagai manusia biasa hanya bisa pasrah kepada takdir.

-Gelsha Valisya-

Happy Reading

"Sayang. Maafin bunda" ucap sang Bunda membuat Lisya yang sedari tadi diam membisu mendengar percakapan antara kedua orangtuanya.

Disya Agatha ibunda Lisya. Sungguh ia tidak tega melihat anaknya yang akhir-akhir ini terlihat murung. Seperti saat ini, sudah menjadi kebiasaan keluarga Agatha, setelah melakukan makan malam akan berkumpul ria di ruang televisi untuk menceritakan kegiatan yang telah dilakukan seharian penuh.

Lisya, gadis yang biasanya bersikap manja terhadap ayahnya, selalu mencurahkan kekesalan dan kebahagiaan yang dialaminya. Namun saat ini berbeda, ia hanya diam menatap kosong layar televisi.

Mendengar penuturan sang Bunda membuat Lisya menghela nafas. "Iya, Bun. Lisya paham. Karena kalian terikat janji kan? Makanya Lisya harus nikah diusia sedini ini?"

Mungkin terlihat konyol. Namun memang itu faktanya. Orangtua Lisya sudah bersahabat dengan keluarga Vansya sejak zaman kuliah. Bahkan saat anak mereka mengandung pun mereka menginginkan anak yang berbeda jenis kelaminnya. Dengan alasan 'supaya bisa dijodohkan'. Berhubung usia kandungan mereka berbeda, akhirnya istri dari keluarga Vansya melahirkan terlebih dahulu dan ternyata anak mereka berjenis kelamin laki-laki. Lima bulan kemudiannya saat Disya akan melahirkan, keluarga Vansya berharap anak Disya dan Haksa berjenis kelamin perempuan. Dan sepertinya takdir menyetujuinya. Buktinya Lisyalah yang terlahir. Dan tepat pada saat Lisya lahir, istri dari keluarga Vansya sudah memutuskan untuk menjodohkan anaknya yang bahkan baru berumur lima bulan.

"Lisya, bukan begitu. Ayah Bunda melakukan ini semua demi kebaikan kamu juga. Terus calon kamu itu anak yang baik. Dan dia juga satu sekolah sama kamu kan?" kali ini sang Ayah yang berbicara.

"Hm" gumam Lisya karena malas untuk memperpanjang.

"Sayang. Jangan kayak gini dong! Bunda jadi bingung" Disya ibunda Lisya sudah pasrah dan lelah memberi pengertian untuk anaknya.

"Iya Bunda. Lisya maklumin kok, Lisya juga udah nerima perjodohan ini dengan lapang dada. Asalkan Lisya bisa tetap sekolah"

"Pasti dong. Kamu akan tetap sekolah" sahut Haksa sang Ayah membuat Lisya tersenyum. Meski senyumnya palsu, karena ia tidak ingin melihat kedua orangtua resah hanya karena dirinya yang menolak perjodohan. Jadi harapan Lisya saat ini adalah tolakan dari sang calon.

"Nak, hari ini kamu gak jadi pergi kebutik. Tetapi besok malam keluarga calon mau kesini" ucap Bunda memberitahu, membuat Lisya yang sedang melamun pun terkejut.

"Mau apa Bun? Kemarinkan sudah mengadakan lamaran, lagipula tanggalnya juga sudah fiks"

"Katanya ada perubahan" jawab Disya

Perubahan? Perubahan apa? Apa jangan-jangan lelaki yang dijodohkannya akan menolak? Semoga saja.

"Siplah" sahut Lisya dengan senyum yang mengembang membuat Disya pun tersenyum.

"Cie yang mau di datengin calon suami" godanya namun Lisya menghiraukan, ia memilih menyandarkan kepalanya di bahu sang Ayah. Membuat Haksa tersenyum dan mengusap kepala Lisya dengan penuh kasih sayang.

Putri kecilnya kini sudah dewasa.

"Semoga besok El nolak perjodohan ini" batinnya berdoa.

🍁🍁🍁

"Gila lo! Dari kemarin murung mulu, kenapa sih?" cetus Shela saat melihat sahabatya ini seperti orang yang sudah tak memiliki semangat hidup.

Gelsha DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang