Hari yang di nanti oleh anak-anak kelas 12 akhirnya tiba. Sekarang adalah hari pemberangkatan mereka kemping.
Semua murid sudah siap dengan semua barang bawaannya, begitu juga dengan Lisya yang kini sedang duduk di sisi lapangan untuk menunggu instruksi pembina kemping.
Tadi Lisya berangkat dari rumah bersama Jilki, namun sekarang cowok itu, entah pergi kemana.
Kemping yang di ikuti oleh beberapa anak ekstrakurikuler dan semua tim inti osis. Fathan yang notabenenya ketua osis, anak kelas 11 sains 1, dia juga yang menjadi ketua kemping tahun ini.
"Lisya" panggil seseorang yang duduk di samping Lisya. Lisya menoleh dengan sebelah alis terangkat.
"Bisa gak sih nanti di busnya gue duduk sama Gelvan?" ujarnya yang malah membuat Lisya memutar kedua bola matanya malas.
"Apa-apa Gelvan, dasar bucin!" batin Lisya.
"Tinggal duduk aja sih. Ribet amat lo"
"Tapi, Lis. Gue agak gak enak sama anak kelasnya. Kalau Gelvan yang suruh ikut ke kelas kita, gimana?"
"Terserah" balas Lisya tidak peduli, dan itu membuat seseorang yang duduk di sampingnya yang tak lain adalah Shela berdecak pelan.
"Btw, si Jilki mau duduk bareng lo juga, kan?" tanya Shela yang hanya mendapatkan gumaman oleh Lisya. Emang benar, Jilki akan duduk bersamanya. Itu karena kelas mereka satu bus.
"Tuhkan! Gue juga mau ngajak Gelvan pokoknya. Titik!" putusnya yang tidak mendapati tanggapan dari Lisya.
Lisya sibuk memperhatikan lapangan, meski pikirannya melayang. Entah apa yang kini mengganggu pikirannya.
🍁🍁🍁
"Oy! diem bae" seru Jilki seraya mencolek lengan orang yang duduk di sampingnya.
"Paan sih? Diem deh" kesal Lisya yang duduk di samping Jilki, tanpa mengalihkan pandangannya dari sisi kirinya.
"Cemburu ya? Suaminya duduk sama pacar" goda Jilki sekaligus mengejek. Lisya menoleh, menatap Jilki malas lalu mendengus.
Kini mereka semua sudah berada di bus, duduk bersampingan. Setiap bus di isi oleh dua kelas secara berurutan. Karena itu Jilki dan Lisya bisa duduk bersama. Dan di depan mereka ada Shela yang juga duduk bersama Gelvan. Entah bagaimana caranya, Gelvan bisa bergabung dengan kelas sains.
"Astaga! Mesranyaaaaaa" pekik Jilki dramatis ketika matanya melihat kepala Shela yang menyandar ke bahu Gelvan. Bersamaan dengan tatapan Lisya yang menatap ke depan.
"Ku menangissssss... Membayangkan betapa kejamnya dirimu atas diriku... Kau duduk bersamanya--"
"Berisik!" saking kesalnya Lisya tidak segan untuk memukul mulut Jilki yang sedari tadi terus menggoda dan mengejeknya. Lisya tau, Lisya liat. Jadi Jilki tidak perlu memberitahu apalagi memperjelas semuanya.
"Heh! Bibir gue bisa gak seksi lagi ini" gerutu Jilki karena Lisya memukul mulutnya tidak main-main.
Sakitnya nyata, cuy.
"Kenapa sih? Kalian ribut mulu" nahkan, gara-gara Jilki, Shela yang merasa terganggu menoleh ke belakang.
Lisya mendengus sebelum menjawab.
"Nih anak berisik mulu, bikin bete"
"Yakin nih gue yang bikin lo bete? Bukan si onoh noh" ujar Jilki menaik turunkan alisnya menggoda Lisya.
"Si onoh? siapa, Lis?" Shela mulai kepo dengan yang di bicarakan oleh Jilki sampai melepaskan genggaman tangannya dengan Gelvan. Kini Shela sepenuhnya menghadap ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelsha Destiny
Teen FictionJudul awal 'TAKDIRKU' Mungkin ini takdirku. Hidup bersama seorang yang mencintai orang lain, terlebih itu adalah sahabatku sendiri. Terkadang aku ingin mengakhiri ini semua. Tetapi aku tidak bisa melakukanya, karena aku sadar bahwa ini semua adala...