GD. 13

466 48 3
                                    

"Aku tidak ingin bersikap seperti ini. Tetapi takdir seakan mengharuskanku bersikap seperti ini, munafik. Berpura-pura baik, namun nyatanya tidak"

-Gelsha Valisya-

Happy Reading

"EL! GARA-GARA LO--" teriakanku tercekat ketika melihat seorang gadis yang duduk di sofa ruangan tamu.

"Lis, gue bertamu ke rumah lo ya"

"Eh. lo, Shel. Iya silakan" aku malah gelagapan sendiri.

Ketika aku masuk kedalam rumah. Ternyata ada Shela yang sedang duduk di sofa, aku tidak mengerti kenapa El mengajaknya kerumah.

"Ternyata ini rumah baru lo ya. Jahat lo, gak pernah ngajak gue ke sini" aku tidak menanggapi ucapan Shela, aku sedang mencari-cari keberadaan El.

Dia dimana sih?

"Gelvan sering main ke sini, Lis?"

"Lisya?! Gue ngomong sama lo, ih!" aku tersentak ketika mendengar suara tinggi Shela. Sepenuhnya pandanganku teralih padanya.

"Iya, ada apa, Shel?" tadi aku sedang tidak fokus padanya.

"Duduk dulu, Lis. Lagian lo ngapain sih berdiri di situ" baru sadar aku, ternyata aku sedari tadi berdiri kaku di dekat pintu.

Aku menghampirinya, ikut duduk di samping Shela, menaruh belanjaan pada meja.

"El- maksudnya Gelvan kemana?" tanyaku saat aku sudah duduk di sampingnya.

Shela bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah menatapku penuh selidik.

"El? Lo manggil dia El? Sejak kapan?" tuhkan, Shela jadi mengintograsiku.

"Sejak jadi keluarga" aku menjawab seadanya. Memang aku memanggil Gelvan dengan sebutan 'El' sejak menikah dengannya.

"Gue masih gak ngerti, kenapa kalian bisa sepupuan?"

"Gue juga gak ngerti, Shel. Pokonya ribet deh. Semenjak gue nikah sama dia, gue sama keluarganya jadi keluargaan" benarkan? Semenjak aku nikah dengan El, aku dan dia menjadi keluarga?

"Dia? Dia itu suami lo yang katanya ada di luar kota, apa Gelvan yang lo maksud?!" ternyata Shela jeli sekali dalam menangkap ucapanku.

"Suami gue di luar kota" kataku. Untuk saat ini biarkan seperti ini dulu.

"Suami lo sodaraan sama keluarga Gelvan?"

"Bukan sodaraan lagi, emang si Gelvan suami gue" tentu saja aku tidak mengatakannya langsung. Itu hanya suara hatiku.

"Mungkin"

"Dia dima-"

"Nih, minum dulu" saat aku akan menanyakan keberadaan El, tiba-tiba El sudah muncul dari arah dapur dengan membawa gelas yang berisi jus.

"Gue kedapur dulu ya. Mau nyusun belanjaan. Kalian kalau masih mau di sini gak papa, anggap aja rumah sendiri. Jangan sungkan. Suami guenya juga lagi gak ada" ujarku tersenyum pada mereka. Lalu aku berdiri dan meraih belanjaanku.

Gelsha DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang