GD. 04

466 57 0
                                    

Kenapa aku selalu sakit saat dia bersamanya? Bukankah aku tidak memiliki perasaan pada dia?

-Gelsha Valisya-

Happy Reading. 

Setelah selesai acara pernikahan yang diselenggarakan kemarin. Hari ini Gelvan dan Lisya harus pindah ke rumah baru mereka. Rumah yang diberi oleh orang tua mereka sebagai kado pernikahannya.

"Udah?" tanya Gelvan. Saat ini Gelvan dan Lisya masih berada di kamar Lisya untuk membereskan barang-barang yang akan dibawa. Semalam mereka tidur sekamar, namun bukan berarti mereka tidur seranjang, karena kenyataan Gelvan memilih tidur di sofa.

"Udah. Kenapa sih kita harus pindah rumah? Lagian Bunda sama Mama juga gak ngizinin kita pindah" ucap Lisya dengan wajah yang masih kesel. Ekspresi Lisya masih sama saat mereka sarapan, saat Ayah dan Papanya memberitahu bahwa siang ini mereka harus pindah, bukan mengusirnya. Mereka hanya ingin anaknya mandiri, bisa menjalankan rumah tangganya tanpa campur tangan orangtuanya. Dan itu hanya keputusan Ayah dan Papanya, Bunda dan Mamanya tidak setuju jika anak mereka harus pindah.

"Biar kita mandiri. Lagian lo mau pernikahan kita diatur terus?" ujar Gelvan yang langsung membuat Lisya terdiam.

Iya juga. Jika mereka tinggal satu rumah dengan Bunda atau Mama pasti mereka akan disuruh tidur sekamar setiap harinya. Dan pastinya akan banyak hal yang akan diatur oleh orang tuanya.

🍁🍁🍁

"Yah, udalah biar El sama Lisya tinggal dirumah kita aja" ucap Disya membujuk sang suami.

"Bun, Biarkan mereka tinggal dirumahnya. Lagi pula mereka itu harus mandir. Kan nanti mereka juga bisa main kerumah kita" jelasnya membuat Disya berdecak kesal. Selalu begitu jawaban yang dilontarkan oleh suaminya.

...

Saat ini mereka -orangtua Gelvan-orangtua Lisya-Lisya dan Gelvan sedang berkumpul diruang keluarga Haksa sebelum Gelvan dan Lisya pindah.

"Sayang, kamu harus bisa jadi istri yang nurut sama suami. Urus semua kebutuhannya" nasehat Disya untuk sang anak yang kini sedang ia peluk.

"InsaAllah Bun. Lisya akan belajar jadi istri yang baik" sahutnya sedikit ragu.

Apakah dirinya bisa menjalankan tugasnya dengan baik?

"El juga. Kamu harus bisa jadi suami yang baik. Jangan sampe nyakitin menantu Mama apalagi sampe nangis!" ucap Gina.

"Iya" sahut Gelvan singkat.

"Kalian yakin gak bakalan ada asisten rumah tangga?" tanya Gina.

Ya. Gelvan memutuskan untuk tidak ada asisten rumah tangga dirumahnya. Karena menurutnya, Lisya sudah cukup bisa untuk mengurus rumah, lagi pula Gelvan tidak ingin di rumahnya ada orang lain, meski begitu Gelvan telah mempekerjakan Mang Jojo sebagai satpam dirumahnya.

"Gak, Ma. Lagipula kita tinggal cuman berdua, pasti pekerjaan rumah gak akan bakalan terlalu berat" ucap Gelvan.

"Lisya juga gak keberatan kok, Ma" sambung Lisya.

"Ya udah Mama sih terserah kalian aja. Yang terpenting nanti kalian cepet-cepet deh kasih kami cucu" godanya membuat semua orang terkekeh geli namun berbeda dengan Gelvan dan Lisya.

"Doain aja" ucap Lisya seadanya.

"Sekarang kalian sudah menikah. Kalian harus saling mengerti. Jangan mementingkan ego kalian. Harus saling terbuka. Menerima satu sama lain. Jika ingin main keluar harus izin terlebih dahulu. Jangan kekanak-kanakan lagi" nasihat Haksa membuat Gelvan dan Lisya mengangguk patuh.

Gelsha DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang