Nolla dengan hati-hati memasang sheetmask di wajahnya. Posisinya yang tiduran dengan cermin yang diapit kaki membuat Saga memutar bola matannya malas. Bisakah Tantenya itu duduk manis dan bercermin sebagaimana orang semestinya?
Bunyi notifikasi yang bertubi-tubi dari ponsel yang Nolla simpan di sampingnya membuat Nolla mengernyit. Seingatnya semua grup yang ia ikuti sudah dibisukan hingga kegabutan anak-anak yang senang spam tak mungkin mengganggunya. Tak mungkin ada yang mengubah pengaturannya, tapi aneh juga jika ada orang yang malam-malam mengirim pesan pribadi bertubi seperti ini.
Nolla melirik ponselnya dengan pop up 17 pesan dari 13 chat. Wow, Nolla tak pernah merasa seterkenal ini. Ia terkekeh pelan yang lagi-lagi dapat delikan dari Saga.
Sayangnya itu tak berlangsung lama begitu ia membuka satu-satu pesan yang memiliki maksud sama. Semuanya mengirimi ia sebuah tautan video.
Nolla seketika bangkit tanpa peduli sheetmask-nya yang kini terjatuh. "SAGA APA INI?!"
oOo
Dhea menempelkan ponselnya di telinga. Namun lagi-lagi hanya jawaban operator yang memberitahukan bahwa nomor yang ia tuju sedang dalam keadaan tidak aktif. Ia mendesah, raut paniknya sama sekali tak berkurang. Malah semakin bertambah karena hingga kini ia sama sekali belum menemukan Kikan. Atau setidaknya hanya kabar tentang dia.
"Ki, lo ke mana sih?"
Dhea mondar-mandir tanpa tujuan. Sesekali ia bahkan menggigiti kukunya. Hawa dingin pukul 2 dini hari yang menusuk sama sekali tak membuatnya beranjak dari halaman tempat kost Kikan. Meskipun dari setengah jam lalu Bu Fatma menyarankan untuk menunggu di dalam.Dhea egois ketika dirinya kalah langkah seperti ini. Dari info yang ia dapat, berita itu mulai muncul saat masih sore, namun karena rata-rata semua orang senggang ketika sudah mulai larut, berita itu menyebar pesat dan sampai pada Dhea setelah beberapa jam. Di mana Dhea tak mungkin menyumpal si pembuat ulahnya, apalagi membalik issue karena orang-orang sudah terlanjur mengunduhnya.
Dhea menoleh begitu terdengar suara derum motor yang mendekat. Meskipun penerangan kurang, Dhea tahu jika yang datang itu adalah Saga. Ia langsung melongok ke jok penumpang. Kikan pernah bilang jika Saga memang sering mengantar-jemput dirinya. Tapi kenapa sekarang dia sendiri?
"Mana Kikan?" tanya Dhea begitu Saga menghampirinya dengan raut yang terlihat cemas.
"Kikan ada di dalem kan, Kak? Gue cari ke club katanya dia udah--" ucapan Saga terpotong karena Dhea memukul wajah cowok itu dengan tasnya.
"Ulah lo kan ini?" ucap Dhea marah, meskipun begitu mata berkaca-kaca menahan tangis itu sedari tadi tak hilang.
"Kak, bukan, itu bukan gue," sanggah Saga.
"Kalo bukan lo terus siapa?! Cuma lo yang tau kejadian dulu. Cuma lo yang tahu soal video itu!" cecar Dhea dengan terus menunjuk-nunjuk wajah Saga.
"Gue bener-bener nggak ngelakuin itu."
Dhea menggeleng-geleng. "Harusnya gue bener-bener nggak usah kasih kelonggaran sama orang kaya lo. Harusnya gue tetep curiga sama lo yang tiba-tiba datang terus baik sama Kikan itu."
Saga kehilangan kata untuk menjelaskan. Posisinya memang cocok untuk dijadikan tersangka, tapi ia benar-benar bersumpah jika bukan dia pelakunya.
"Brengsek!" umpat Dhea.
"Oke terserah mau percaya atau nggak. Tapi kalau mau maki gue tolong tahan nanti, sekarang yang penting itu Kikan di mana?"
Dhea mengepalkan tanggannya kemudian menghempaskan. Benar, Kikan sekarang yang terpenting. Alasan dirinya di sini adalah untuk memastikan sahabatnya itu tetap dalam keadaan baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Person [TAMAT]
Teen FictionDikeluarin dari sekolah, bolak-balik club, hura-hura manfaatin harta orang tua, bully orang lain ... Apalagi? Ayo sebutin. Bukannya diam-diam kamu juga ngumpat 'jalang' dan berdoa semoga masa depanku suram? Ini adalah kisah pedih bagi mereka yang ma...