36. Karma?

2.5K 450 16
                                    

"Pa, Sandra bisa jelasin." Sandra menatap kedua orang tuanya yang menahan wajah marah berikut malu. Ia mencoba melunturkan kekagetan mereka. Tangannya menyentuh pelan lengan sang Ayah.

"Bukti sudah jelas, jadi Sandra bisa langsung cari sekolah baru hari ini." Hardi mengeluarkan suara tegasnya setelah beberapa saat mengamati keluarga di hadapannya. Ia menyodorkan sebuah surat yang merupakan putusan pengeluaran Sandra dari sekolah ini.

"Pak, apa nggak ada jalan lain selain dikeluarin?" tanya Ayah Sandra bercampur permohonan. Titel Drop-Out bukanlah hal yang ringan, apalagi anaknya adalah seorang perempuan. 'Senakal apa?' Pertanyaan yang pastinya hinggap di kepala orang-orant. Hal tersebut benar-benar menjadi aib.

"Maaf Pak, tapi kekerasan fisik yang seperti itu tak bisa kami tolelir, ini sudah kelewatan."

Ayah Sandra terlihat menangkup keningnya, memijat bagian sana yang benar-benar terasa pusing saat ini.

"Kikan juga bully Vanya, kenapa nggak dikeluarin!"

Tama menoleh ke arah putrinya. Bukannya merasa lebih baik, ia justru memasang wajah lebih kesal. Setelah melihat video itu, kepercayaannya benar-benar hilang. Tindakan kasar, kata-kata kotor, sungguh ia benar-benar terkejut Sandra bisa melakukan semua itu.

"Kenapa Kikan yang jelas-jelas bikin video porno nggak dikeluarin? Bapak bilang semua orang pasti melakukan kesalahan," papar Sandra tak gentar melakukan pembelaan.

"Itu konteksnya berbeda Sandra. Kasus Kikan itu kasus lama. Sama seperti kamu, Kikan juga dapat konsekuensinya, dia dikeluarin dari sekolahnya dulu," papar Hardi tenang. Namun Nolla yang duduk di pojok ruangan sudah memutar bola mata malas. Padahal Hardi tak perlu menanggapi rengekan Sandra itu.

"Tapi Pak--"

"Kamu itu salah, jangan ngelak," potong Tama yang sudah tak tahan dengan rasa malunya. Entah sudah sebesar apa. Sampai rasanya ia tak sanggup jika bertemu dengan kepala sekolah ini. Mungkin pindah sekolah juga merupakan solusi untuk wajahnya.

"Pa, percaya sama Sandra, San--"

"Cukup Sandra!" Lena yang hanya terdiam sedari tadi pun bangkit dari duduknya. Ia menatap Sandra dengan mata yang berkilat-kilat emosi.

"Ambil tas kamu, kita pulang sekarang," perintahnya tegas.

"Ma...," rengek Sandra dengan wajah memelas. Ia masih beroptimis melewati masalah ini dengan jalan keluar yang terbaik. Namun mungkin seseorang perlu mengetuk kepalanya, membuatnya berhenti berpikir jika semesta perporos pada dirinya.

"Saya benar-benar minta maaf atas kelakuan anak saya. Ini benar-benar pembelajaran bagi kami agar tidak lalai lagi." Lena membungkuk sopan pada Hardi.
Ia menarik tangan Sandra kemudian membawanya meninggalkan ruangan itu.

oOo

"Loh San, ada apa?" bingung Usy ketika Sandra mengambil tasnya di waktu yang masih jauh untuk pulang sekolah. Belum lagi orang tuanya yang menunggu di luar kelas.

Sandra menggigit bibirnya. Ia memejamkan matanya erat. Mengumpulkan keberanian untuk mengucapkan hal yang benar-benar melukai harga dirinya.

"Gue di-DO," ucapnya cepat.

Kening Usy mengernyit. "Lo bercanda kan?" ucapnya kemudian terkeleh pelan.

Sandra menunduk kemudian menggeleng. Yang membuat raut heran Usy kembalim

"Tapi ini nggak masuk akal, emang lo ngelakuin apa?"

Sandra mengepalkan tabgannya. "Semua ini gara-gara Kikan."

Bad Person [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang