Sambungan itu terputus. Menyisakan Nolla yang masih bergeming diterpa kekagetan yang hebat.
"Lo gila, Ki," gumamnya sebelum tergesa mencari kontak Saga. Ia benar-benar tak mengerti. Apa yang membuat Kikan sampai berpikir hal seperti itu. Bukannya masalah ini bukan masalah yang baru, Kikan sudah berhasil melewatinya dulu, kenapa sekarang dirinya berpikir untuk menyerah.
Nolla berdecak ketika panggilan pertama diputus operator karena lama tak mendapatkan jawaban. Ia menggigit kuku dengan kaki melangkah-langkah tanpa tujuan, kemudian kembali berusaha menghubungi cowok itu.
"Tan?"
"Cari Kikan!" ucapnya begitu sambungan itu terhubung.
"Gue dari tadi nyari Kikan. Dia nggak bales ataupun angkat teleponnya," jawab Saga yang Nolla bisa menebak ada nada khawatir di sana. Jadi Kikan memang sedang dalam tak kondisi baik-baik saja sekarang.
"Sebenarnya ada apa?" Nolla memejamkan matanya ketika sadar sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk bertanya hal seperti itu. Namun situasi ini benar-benar memusingkan.
"Lo harus cepat-cepat nemuin Kikan!" Nolla menekankan lagi apa tujuan dirinya menghubungi Saga.
"Kikan ngehubungi lo?"
"Iya, dia nyuruh gue bunuh dia."
Hening sejenak, sepertinya Saga juga terkejut dengan kabar itu.
"Gue nyuruh orang buat lacak keberadaan dia, lo samperin dia dan pastiin dia baik-baik aja!" putus Nolla. Karena semakin banyak waktu berlalu, semakin besar pula kemungkinan buruk itu terjadi.
oOo
Saga menghentikan motornya yang sedari tadi hanya melaju tanpa tahu arah. Saga melihat pesan Nolla yang memberikan sebuah lokasi. Saga dibuat kebingungan ketika ternyata lokasi Kikan sekarang adalah sebuah pusat perbelanjaan. Bagaimana mencari satu orang di tempat seramai itu?
Nolla : Tadi gue dengar suara angin, Kikan kayaknya ada di atap.
Saga mengerti. Ia memasukkan ponselnya kemudian langsung menuju tempat yang tak terlalu jauh dengan posisi dirinya sekarang. Cukup sulit untuk sampai di sana belum lagi ia harus berhadapan dengan pegawainya.
"Teman saya sedang punya masalah besar dan dia ada di atap sekarang. Saya takut terjadi sesuatu sama dia." Barulah setelah mengatakanitu petugasnya mengizinkan Saga. Sepertinya dia juga takut jika sampai ada kejadian bunuh diri karena tentunya akan berdampak pada kelangsungan tempat ini kedepannya.
"Oke saya izinkan tapi pastikan tidak ada hal buruk yang terjadi."
Saga menaiki tangga dengan cepat. Isi kepalanya hanya diisi oleh Kikan, kekhawatiran tentang cewek itu. Napas Saga terengah, mata yang mengedar mencari keberadaan Kikan di atap yang luas juga minim pencahayaan ini.
"Ki...," guamamnya ketika mendapati sosok yang kini tengah terduduk di di tepi atap dengan tetapan kosong ke depan. Rambutnya yang berterbangan menjadi tanda bahwa angin bertiup kencang di sini, namun tak ada tanda-tanda bahwa dia merasakan hawa dingin yang menusuk.
"Kenapa malah lo yang datang?"
Seolah punya kemampuan lain, Kikan selalu mudah menerka tanpa melihat. Dia sudah terbiasa tak percaya dengan yang dilihatnya. Sudah banyak yang membuktikan bahwa pandangan terlalu mudah dikelabui. Apa yang dilihat, belum tentu kenyataannya. Sepertinya dirinya sekarang, terlihat baik-baik saja, meski di dalamnya hancur berserakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Person [TAMAT]
Teen FictionDikeluarin dari sekolah, bolak-balik club, hura-hura manfaatin harta orang tua, bully orang lain ... Apalagi? Ayo sebutin. Bukannya diam-diam kamu juga ngumpat 'jalang' dan berdoa semoga masa depanku suram? Ini adalah kisah pedih bagi mereka yang ma...