Ekstra I

3.8K 536 46
                                    

"Yang ini namanya Kudanil." Erik menunjukkan gambar hewan bermulut lebar itu di ponselnya.

Setelah memastika Kikan menangkapnya, Ia kemudian bergulir pada gambar lain. "Yang ini namanya Guguk, kalo ada orang yang bilang yang kayak gini Anjing, jangan percaya, Ki. Itu kebohongan yang besar."

"Itu lo yang lagi ngebohong bego, udah jelas itu Anjing," timpal Mario yang sebenarnya sama saja frekuensi keanehannya dengan Erik.

"Diem dong, njing. Gue 'kan sedang mendidik Kikan untuk menjadi pribadi lembut yang nggak ngomong kasar."

Mario mengacungkan tangannya. "Gue gaplok juga lo lama-lama!"

Kikan yang memperhatikan interaksi keduanya menggaruk kepala bingung.

"Udah Ki, nggak usah peduliin dia, kita lanjutin lagi." Erik menunjukkan gambar Babi. Ia terlihat terdiam sejenak sebelum menoleh ke arah Mario. Keajaiban mereka 'berantem ya berantem aya, ada butuh? Ya tinggal bilang'.

"Nama halusnya Babi apaan, Yo?"

Mario terlihat berpikir, ia mengetuk-ngetukkan telunjuk di dagu, seolah lupa jika barusan dirinya begitu beramunisi untuk memukul sahabatnya. "Papanya Kikan!"

"Si Babi!" Erik memukul kepala Mario kesal. "Gue 'kan udah bilang kalo produk Kikan kali ini lemah lembut, cerdas, bersahaja, pokoknya nanti masuk Puteri Indonesia."

Mario mengusap bekas pukulan Erik itu."Lo siapanya sih, bokapnya?" tanyanya yang tak habis pikir.

"Ah iya, bener. Kikan, mulai sekarang panggil gue Papa ya," ucap Erik seraya tersenyum lembut pada Kikan.

"Babi!" ucap Kikan yang seketika membuat Mario seketika tergelak. Bukan hanya Mario. Dhea yang tengah membantu Saga mengerjakan sesuatu di laptopnya ikut tertawa.
Ketika pulang sekolah mereka memang selalu datang ke sini. Hanya saja untuk hari ini minus Nolla dan Degan.

"Ki, kok gitu sama Papa?" Erik memasang wajah sedih dengan bibir bawah yang lebih dimajukan.

"Lagian kalian kenapa sih? Gue emang nggak inget, tapi tahu kalo itu hewan Kudanil, Anjing, Babi!" jelas Kikan yang sudah tak tahan dengan tingkah orang di depannya itu.

"Istigfar Ki, nggak boleh ngomong kasar."

Kikan mencondongkan tubuhnya mendekati Erik. "Yak gaesekia! Siphal sekia!" [Hey anjing! Sialan!] umpat Kikan yang malah menantang Erik.

"Omo!" [OMG] Mario menangkup bibirnya. "Hanguk arayo?" [Bisa bahasa Korea?]

"Ne!" [Iya!]

Mario bertepuk tangan dengan wajah menggeleng-geleng. "Gue rasa Kikan itu bukan amnesia, tapi kesurupan setan K-pop."

"Ngelantur aja lo!" sergah Erik. Namun jika dirinya mengerti apa yang barusan Kikan ucapkan, jangankan membela, ngamuk yang ada.

"Coba bantah. Selama ini kita tahu kalo Kikan sama sekali nggak tertarik hal-hal hype remaja masa kini, lah ini tiba-tiba bisa ngomong Korea. Apa coba kalo bukan kesurupan setan ahlinya?"

Erik mencerna baik-baik hipotesis Mario. Benar juga. "Hey setan Korea, keluar lo!"

"Apaan sih!" Kikan menepis tangan Erik.

"Kalo lo nggak kesurupan lo tau dari mana?"

"Ya nggak tau, pokoknya barusan gue tau gitu aja."

"Bohong."

Bad Person [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang