[2 Tahun Lalu]
"Ngapain kamu keluar?" ucap Wirya yang menyambut langkah lunglai Kiara. Dari raut yang ditampilkan, sepertinya dia memang sengaja menunggu Kiara di teras.
"Semuanya kacau. Harusnya kamu ngerti dan cukup diam di rumah. Beruntungnya muka kamu nggak jelas di video itu, bagaimana kalau tetangga tahu jika yang ada di video viral itu kamu."
Justru itu masalahnya. Jika di video itu wajahnya terlihat jelas, Wirya akan tahu bahwa itu bukan Kiara. semuanya akan selesai dan Kiara terbebas dari tuduhan.
"Masuk, tolong kali ini ikutin perkataan Papa dengan baik. Diamlah di dalam sampai kita nemu solusi yang terbaik," jelas Wirya seolah menegaskan bahwa dia sudah sangat kehilangan kepercayaan terhadap Kiara. Seolah selama ini Kiara memang bukan anak baik seperti yang pernah dituturkan sebelumnya.
"Iya, Pa...."
oOo
Berhari-hari berlalu, Kiara menurut dengan hanya berdiam diri di dalam kamar. Wirya sama sekali belum berbicara lagi dengannya. Dwita masih bersikap ramah seperti biasa, meski sorot kecewa tak bisa disembunyikan dari matanya, Kiara tak bisa menuntut, karena semua ini juga bukan hal mudah untuk mereka. Sementara Rendra, kakaknya, hanya sesekali melihat Kiara dari pintu. Menatap sendu, tak pernah mengatakan sepatah kata pun kemudian kembali berlalu.
"Dek, ada Vanya." Terdengar suara Dwita dari arah pintu. Mata Kiara terbuka, ia terperanjat. Bagaikan tanah kering yang ditetesi air, Kiara merasa ada harapan setelah berapa hari bagaikan mayat.
"Di mana, Ma?"
"Ruangan depan."
Kiara segera mengambil langkah cepat ke arah sana. Rupanya Vanya tak sendiri, ada juga Om Brata--ayahnya, dan pastinya Wirya.
"Nya, bilang sama semua orang, kalau ini salah paham, gue nggak salah," tuntut Kiara eraya menggenggam tangan sahabatnya itu. Kiara akan memaklumi dia yang menghilang beberapa hari ini, mungkin Vanya terlalu kaget dan butuh waktu sendiri menghadapi masalah besar ini.
"Nya?" Kiara sedikit mengguncang tangan itu ketika Vanya hanya terdiam. "Ayo bilang kalau yang di video itu bukan gue."
Vanya menelan ludah susah sebelum menatap Kiara dalam. "Itu emang lo, Ra."
Bagai ada petir yang menyambar, Kiara seketika melepaskan tangan itu. Nggak, dirinya salah dengar kan?
Kiara perlahan mengambil langkah mundur. Raut kaget beserta tak percayanya terlihat jelas. Vanya, tak mungkin mengatakan itu, kan?Kiara terus menatap wajahnya yang sama sekali tak berubah. Katakanlah Kiara menunggu kata bercanda dari mulut Vanya.
"Itu emang lo," ulang Vanya seolah menegaskan bahwa dirinya tak berpijak untuk Kiara.
Kiara merasa seluruh sendinya lepas. Tubuhnya terasa begitu lemas menghadapi orang yang selama ini sangat ia percaya mengkhianatinya.oOo
Jika ini semua buah dari apa yang selama ini Kiara lalukan, bukankah seharusnya ia mendapat hadiah, bukan luka.
Jika ini balasan atas kesalahan yang Kiara lakukan, tolong tunjukkan, kesalahan mana itu.
Kiara tak pernah menyakiti orang, ia selalu berhati-hati dalam bertindak. Bahkan ia selalu meminta maaf pada hal yang tidak salah. Meski sekarang dirinya juga sadar tercoreng karena rasa sombong mengakui baik. Namun, Kiara hanya bertanya-tanya, apa yang menyebabkan dirinya ada di posisi ini?Ra, ini gue David. Gue sedih dengar lo dikeluarin. Kalo lo mau, gue ada cara biar lo tetap di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Person [TAMAT]
Teen FictionDikeluarin dari sekolah, bolak-balik club, hura-hura manfaatin harta orang tua, bully orang lain ... Apalagi? Ayo sebutin. Bukannya diam-diam kamu juga ngumpat 'jalang' dan berdoa semoga masa depanku suram? Ini adalah kisah pedih bagi mereka yang ma...