05| Rejection

4.6K 717 109
                                    

Menghindar, namun malah menjadi lebih dekat. Bukan semakin dekat, hanya lebih dekat. Untuk kesekian kalinya Youra mendekat lagi bukan karena keinginan sendiri. Memang tak pernah karena keinginan sendiri, paling tidak alasannya selalu karena seseorang memaksanya atau mungkin bertemu secara tidak direncanakan.

Asap mengepul dibarengi aroma pekat rempah-rempah. Pekat, namun nyaman di penciuman. Samar-samar Youra bisa mencium aroma jahe di sekitarnya. Youra memperhatikan bagaimana pria di hadapannya meracik bumbu ramennya sendiri. Youra hanya memperhatikannya, sambil terselip kekaguman jika Han Seokjin bisa tetap waras melakukan eksperimen untuk menu baru dalam kondisi hati yang tidak baik-baik saja, apalagi Youra bisa mencium aroma alkohol yang tersamarkan oleh bumbu pekat ramen.

"Ibu bilang apa?" Han Seokjin membuka suara tanpa menatap lawan bicaranya, masih ada yang lebih penting untuk diperhatikan. Ramennya.

"Hanya menyuruh memastikan keadaanmu," balas Youra tanpa manipulasi. Youra masih berdiri di dekat Seokjin.

Seokjin diam, tak bersuara bahkan mengangguk, juga tak mengusir Youra dari sana. Entah apa yang dipikirkan pria itu. Youra juga tak memiliki sesuatu yang memburunya untuk pergi dari tempat itu, sejujurnya Youra banyak membandingkan bagaimana dapur seorang pembuat penganan manis dan seorang pembuat ramen. Rasa keingintahuannya membuat Youra betah disana.

Lalu bagaimana dengan obrolan mereka? Canggung. Ini lebih canggung saat berdua karena sadar dulunya mereka sangat dekat-tidak, dekat dengan memberi Seokjin cap sebagai musuhnya. Itu sudah berlalu, dan kini mereka bertemu lagi ketika dewasa dan memang sempat lama berpisah. Bahkan mereka benar-benar memutus kontak sejak kuliah. Hubungan masa kecil, hanya sebatas itu.

"Sudah bisa makan pedas?" Seokjin berucap lagi dan Youra agak terkesiap sehingga mengeluarkan samar suara 'huh?' dari bibirnya yang hanya dipoles pelembab.

"Bisa. Sejak aku pindah ke Amerika dan beranjak dewasa." Kaget saja ketika Seokjin masih mengingatnya. Bahkan Seokjin memang menjadikan hal itu candaan dulu ketika Youra sangat menghindari makanan pedas, sekalipun hanya tteokbokki.

Samar Youra melihat Seokjin menggeleng-geleng sambil tersenyum dan Youra mulai berpikir, bagaimana sebenarnya perasaan pria itu saat ini?

"Kebetulan sekali ramen yang kubuat pedas," Seokjin berucap lagi. Kini berpindah pada green onion. Memotongnya dengan pisau besar, tangannya yang lihai bergerak tanpa ketakutan sama sekali jika kemungkinan terburuk terjadi. Youra bisa melihat pria dengan lengan kemeja putih yang dilipat sebatas siku itu sangat tenang ketika memasak. Seriusan pria itu bisa memasak dalam situasi seperti ini? Youra masih bertanya-tanya.

"Youra?" Seokjin memanggilnya kembali. Youra menjawab dengan satu kata "Ne?" sambil mengalihkan pandangannya dari stove ke wajah Seokjin.

"Tidak pulang?" tanya Seokjin dengan nada tenang. Entah tenang atau putus asa karena hal lain.

"Jika kau tak suka aku disini, aku akan pulang," balas Youra yang bahkan tak mengambil duduk. Mengapa jadinya canggung sekali?

Seokjin kembali sibuk menggenggam pisau besar dengan ukiran namanya di atas stainless steel yang mengkilap itu. Han Seokjin. Namanya mengkilap di atas stainless steel.

"Bisa ambilkan red paper dalam lemari pendingin?" Seokjin menyuruh. Bukan menyuruh seperti perintah untuk pegawainya, ini berbeda. Seokjin tau bagaimana memperlakukan individu. "Tolong," tambah pria itu ketika Youra sudah mendekat ke arah lemari pendingin.

Sedikit takjub dengan bagaimana bahan-bahan dalam lemari pendingin itu ditata. Sangat rapi, berbeda dengan lemari pendingin di dapur bakery Youra, yang bahkan sudah ada bercak coklat dimana-mana.

Ramyun Bakery [Seokjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang