Vote dan komen yang banyakkkkk
_________
Pria dalam balutan jaket kulit hitam keluar dari taxi dengan langkah lunglai, susah payah melangkah mendekat ke arah pintu kedai. Jemarinya yang bergetar menelusup ke dalam tas tangan yang dibawanya untuk mencari kunci akses masuk ke kedai.
Wajah pria itu babak belur, maniknya menelisik ke sekitar sambil menurunkan topi hitam yang membantu menyembunyikan wajah babak belurnya. Syukurnya jalanan di sekitar sudah benar-benar sepi dan sunyi. Wajar saja karena saat itu jam satu dini hari.
Langkah Han Seokjin lunglai masuk ke dalam kedainya yang gelap mecekam. Segera pria itu masuk ke atelier dan menarik kotak obat yang letaknya sudah dihafal dengan baik. Sudut bibirnya yang berdarah diseka dengan ibu jari, seketika rasa besi berkarat memenuhi rongga mulutnya. Kepalanya mendadak pening lagi, sakit sekali. Cepat-cepat pria itu mengobati lukanya sendiri.
Poselnya yang tergeletak di atas meja bergetar teratur dalam kesunyian malam.
Nomor tidak dikenal.
Segera Seokjin meraih ponselnya dan menonaktifan benda itu.
🍜🍜🍜
Youra memandang ngeri pria yang baru saja masuk ke dalam apartemen dengan kondisi babak belur. Juga ada keprihatinan dalam pancaran mata Youra ketika Seokjin dengan balutan jaket kulit hitam mendekat ke arahnya.
"Kecelakaan saat di Jepang? Kenapa bisa terjadi? Lalay sekali." Jemari Youra terangkat untuk menangkup rahang Seokjin yang sudah berdiri di hadapannya. Nada Youra protes, tetapi tatapannya ngeri.
Seokjin meringis ketika Youra menyentuh wajahnya. Pria itu sudah menjelaskan lewat telepon beberapa jam lalu dalam perjalanan pulang jika mengalami kecelakaan di Jepang. Youra tak terlalu terkejut karena Seokjin juga sudah sempat mengirimkan foto selfie dengan keadaan wajahnya yang babak belur. Kata Han Seokjin, walau babak belur, tampannya tidak berkurang.
Youra menarik kembali tangannya ke sisi tubuh. "Untung saja nyawanya tak copot," ucapnya.
"Kau nangis tidak kalau semisalnya itu terjadi?" tanya Seokjin dengan senyuman usil. Bisa-bisanya masih menggoda dalam keadaan wajah yang babak belur.
"Nangis. Mungkin sebentar. Kasihan, anak kita nanti jadi yatim." Youra nyatanya tak semudah itu untuk digoda.
Seokjin menghela. Tak habis pikir Youra akan menepis begitu saja godaannya.
"Mandi sana. Baru nanti aku yang bersihkan lukanya," perintah Youra kemudian.
Seokjin mengulas senyum karena mendapatkan perhatian dari Youra. "Sejujurnya pasti kau sayang, ya?"
"Hanya kasihan," balas Youra singkat sambil menatap Seokjin aneh.
"Ibu akan berkunjung," ucap Seokjin kemudian. Ibunya memang akan berkunjung hari ini.
"Iya, tau. Makannya sekarang kau mandi. Aku sudah masak makan malam."
"Karena sayang, kan?" Seokjin menggoda lagi. Seperti sangat ingin Youra membalasnya dengan sesuatu yang sejalan seperti yang ada dalam pikirannya. Seokjin sedang mengemis cinta Youra.
Youra memutar bola matanya. "Karena ibu datang," koreksi wanita itu.
Seokjin terkekeh karena respon Youra. Menurutnya Youra lucu, walau diabaikan Seokjin tetap senang bisa berbincang seperti itu dengan Youra. Apalagi setelah pulang dari Jepang, ingin juga memeluk, bahkan memberi ciuman. Cepat-cepat diurungkan karena tau Youra akan marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramyun Bakery [Seokjin]
FanfictionChoi Youra benar-benar ingin memindahkan kedai rotinya ke tempat lain yang tentram, tentunya tanpa Han Seokjin dan restoran ramen milik pria itu. Sial sekali dirinya yang harus setiap hari melihat toko ramen di seberang bakerynya, sesekali juga mend...