30| Altschmerz

4.4K 705 672
                                    

Gak tau tepat atau enggak nawarin double update di chapter ini.

Kalau chapter ini nyampe
190 votes dan 200 comments,
minggu besok aku update next cahpternya.

Selamat membaca...

______________

Besok akan menjadi hari paling menyakitkan. Ini adalah dua bulan sejak persidangan pertama.

Seokjin dengan pakaian serba hitam, meletakan satu buket bunga dan satu cup coffee americano di tengah rak. Kemudian mundur satu langkah agar bisa melihat jelas potret yang terpajang dalam rak.

Pria itu membungkuk sopan. "Kopi kesukaan anda," ucapnya.

Awalnya Seokjin hanya bicara begitu dan fokus memandang ke arah potret yang dibingkai dalam rak, tetapi kemudian sesuatu dalam dirinya pecah.

Han Seokjin terisak.

"Ayah, maaf," ucapnya di tengah isakan. Semuanya tak bisa lagi ditahan. "Aku tak bisa mempertahankan Youra di sisiku."

Tubuh Seokjin bergetar. Dadanya sesak dan nyeri, mendadak sulit bernapas.

"Besok sidang kedua perceraian kami. Semuanya akan diputuskan di sana. Aku sudah kalah telak, Ayah. Wanita ini teguh sekali, mandiri sekali, dan...wanita terbaik yang pernah aku temui," tak berhenti Seokjin berucap.

Segala hal yang dipendam dikeluarkan walau isakannya masih terdengar.

"Youra wanita yang kuat, Ayah. Ayah akan bangga jika melihatnya. Dia wanita yang bertanggung jawab. Dapurku tak pernah kosong kalau ada Youra di rumah." Seokjin menarik senyuman getir di tengah air matanya yang turun ke pipi. "Youra akan mengotori dapur apartemenku dan membuat tempat itu hidup. Tak masalah dapurnya kotor, aku suka walau harus aku yang bersihkan."

Seokjin serius tentang dirinya yang tak masalah jika harus membersihkan dapur setelah Youra mengacaukan dapur. Tak pernah mengeluh, malah pria itu senang. Hanya saja, hal itu tak akan terjadi lagi di masa mendatang. Si pengacau dapur akan pergi meninggalkannya. Itu menyakitkan, Seokjin tau itu salahnya.

Seokjin menjeda kalimatnya dan menyempatkan diri memasukan pasokan udara yang terasa minim di sekitarnya ke dalam paru-paru. Dadanya memberat.

"Youra wanita yang mandiri dan pemberani, Ayah. Dia akan pergi sendiri dan tak akan merepotkanku." Seokjin berucap lagi, diselipi kekehan di antara air matanya. "Wanita yang berhasil membuatku posisiku terancam jadi seorang suami karena Youra bisa menyelesaikan semua pekerjaan rumah sendiri."

Ingatan Seokjin bermain. Segala ingatan tentang Youra berkelebat dalam benaknya.

"Bahkan Youra bisa memperbaiki oven sendiri, memperbaiki keran air yang macet, pergi ke sana-sini dengan perut hamil tuanya. Pemberani sekali, Ayah." Seharusnya Seokjin tersenyum manis mengingat itu. Namun kini, senyuman itu berubah jadi senyuman yang miris membuat hati teriris.

"Youra bahkan melahirkan Min Ho dengan normal padahal dokter sudah anjurkan untuk operasi karena Han Min Ho cukup besar." Seokjin terkekeh kecil.

Air mata Seokjin jatuh ke ujung sepatu pantofel hitamnya ketika menunduk. Kalimatnya terjeda lagi. Dorongan dalam dirinya cukup kuat kali ini. Pria itu terisak lagi, lebih keras. Satu tangannya yang mengepal di sisi tubuh terangkat untuk membungkam bibirnya sendiri. Kenapa segalanya terasa menyakitkan? Bahkan bernapas saja terasa seperti menghirup zat mematikan.

Ramyun Bakery [Seokjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang