08| Impian

4.8K 738 166
                                    

"Lalu aku harus bagaimana?"

Sudah ada tiga kali dalan 30 menit Seokjin menanyakan pertanyaan yang sama. Untuk pertama kalinya Seokjin mau mendengarkan ketika diberitahu, merasa sangat-sangat memerlukan gadis yang kini duduk dengan gaun pesta berwarna nude camel di seat sebelah kemudi. Semua yang gadis itu katakan diserap dengan teliti, persis seperti mendengarkan chef kursus masaknya di masa lalu. Mendengarkan dengan seksama dan diam, tau jika semua yang dikatakan gadis itu akan berguna untuk diri pria itu paling tidak untuk malam ini.

"Hara tau banyak tentangmu. Jadi, coba lakukan sesuatu yang bisa membuatnya terkejut. Sepertinya mudah membuat gadis itu kesal," Youra menjawab sambil memperbaiki sepatu dengan heels tujuh sentinya.

Seokjin mengangguk-angguk. Kapan lagi melihat Seokjin yang penurut dan tak banyak omong seperti malam ini? "Lagi, apa lagi?" Seokjin bertanya bersamaan dengan tangannya yang menekan lampu sein lamborghininya ke kiri.

"Ingat saja, kesempatan terbaik untuk menunjukan bahwa kau baik-baik saja adalah saat kamera reporter mulai menyorot kita. Mungkin Hara tak akan melihatnya secara langsung, namun gadis itu akan selalu melihatnya ketika membuka saluran televisi, atau mungkin teman perserikatan modelnya berlomba-lomba mengirimi berita tentangmu." Youra menekan beberapa kata dalam kalimatnya. Bahkan Youra tak pernah terlihat bersemangat dalam hal seperti ini. Ini pertama kalinya.

"Kau pasti pernah mendapatkan pesanan ramen dengan ekstra spicy, bukan? Begitulah, begitu cara mainnya, tetap bercita rasa namun pedas, jangan juga berlebihan." Kini malah Youra tiba-tiba jadi banyak omong.

Seokjin juga nampak sangat ingin balas dendam, sampai-sampai Youra bisa merasakan energi 'aku baik-baik saja tanpamu' yang ingin Seokjin tunjukan ke Hara. Ini akan seru. Seokjin sangat percaya diri, itu jelas bisa terlihat dari bagaimana pria itu menancap gas lamborghininya tanpa ragu. Juga tak terlalu sering mengecek penampilannya di kaca kecil yang tergantung di atap mobilnya. Benar-benar percaya diri untuk menghadiri pernikahan si mantan kekasih.

"Dan, pada suaminya, kau harus bersikap seperti ketika seseorang meminjam barangmu dan kau tak membutuhkan barang itu lagi. Seperti ambil saja, aku sudah tak butuh. Mengerti kan maksudku?" Youra menatap ke arah Seokjin yang mengangguk-angguk memperhatikan jalanan, namun sangat fokus mendengarkan kata-kata Youra.

Obrolan mereka terus bersambung sampai lamborghini Seokjin yang menyamai warna batu lazuli itu masuk ke halaman venue acara pesta.

"Apa lagi?" Seokjin melirik ke arah Youra yang kini sedang menambahkan polesan kosmetik bibir berlayer agar menghasilkan warna gradasi.

Satu tangan gadis itu yang bebas menggenggam cermin kecil yang mempermudahkannya mengaplikasikan produk kosmetik bibir. Sepertinya cermin itu selalu ada dalam tas kecil Youra.

"Ini tak gratis," balas Youra sambil menutup kembali produk yang selesai diaplikasikan ke bibirnya.

"Mudah saja. Anggap sejauh ini kau masih dalam masa training. Jika perkejaanmu bagus aku akan menaikan jabatanmu. "

"Memangnya aku apa? Tukang cuci piring di dapurmu yang kau akan angkat jadi koki?" Youra memutar bola matanya.

"Tepat. Anggap begitu." Seokjin menjentikan jemarinya. Mobilnya sudah terparkir sempurna saat itu.

Seokjin tak bisa bohong jika pria itu terkejut. Semua yang ia lihat jauh dari perkiraannya, banyak sekali reporter di depan sana, bahkan sudah mengarahkan kamera ke dirinya dan Youra yang masih di dalam mobil. Tak bisa disalahkan, lamborghini Seokjin memang mencolok dengan warna batu lazuli, mungkin mereka sudah mengenalinya.

Ramyun Bakery [Seokjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang