Selepas Hujan Sore Itu.

1.2K 110 1
                                    

Rintik rinai hujan membasahi bumi. Menumpahkan air yang meriak kala menyentuh kerak bumi. Jalanan, rumah-rumah, dan tumbuhan pun tak terhindarkan dari tumpahan air hujan itu.

Di sebuah kamar kosan sepetak, dengan kasur busa tanpa dipan di sana ada sesosok laki-laki besar yang tengah memeluk kekasihnya. Menyalurkan kehangatan yang sedikit menghilangkan kedinginan yang melingkupi.

"Terima kasih, Kuroo-kun," ucap lelaki dalam dekapan laki-laki yang ia sebut Kuroo itu.

"Untuk apa, Kenma-chan?" Kuroo mengeratkan pelukan. Membuat Kenma semakin meringkuk dan tampak begitu kecil dalam rengkuhan tangan kekar itu.

"Karena kau selalu ada di sisiku."

Kuroo terkekeh. "Aku melakukannya bukan untuk menyenangkan dirimu, tapi untuk diriku sendiri. Aku tidak bisa jauh-jauh darimu."

"Kau berlebihan sekali."

"Sama sekali tidak. Tanpamu di sisiku, aku kesepian." Kuroo berucap lirih lalu mengecup puncak kepala Kenma dengan sayang.

Dengan posisi Kuroo yang memeluk Kenma hari belakang, membuat laki-laki itu tidak bisa melihat gurat kemerahan di pipi Kenma. Bukan karena laki-laki itu sedang demam, melainkan karena malu dengan segala perhatian verbal maupun sentuhan fisiknya.

"Jangan pernah meninggalkanku, Kuroo-kun."

Suara serak Kenma karena radang tenggorokan itu bertabrakan dengan suara jatuhnya air hujan. Menggema dalam dinginnya ruang sempit itu.

"Tidak akan pernah, Kenma-chan. Aku tidak akan pergi ke mana-mana."

Jawaban yang terdengar cukup melegakan di telinga Kenma. Membuat laki-laki yang sedang didera masuk angin itu bisa memejamkan mata dengan tenang. Tertidur dalam pelukan sang kekasih yang menghantarkan kenyamanan. Rasa aman menyelimuti sekujur tubuhnya yang tengah meriang.

Derasnya hujan dan petir yang sesekali menyambar itu tak lantas membuat kedua sejoli itu terganggu. Kenma

"Aku mencintaimu, Kenma. Selalu dan selamanya."

Kuroo mengucapkan kata itu bersamaan dengan hujan yang perlahan mulai terhenti menjatuhi bumi. Menyisakan aroma basah akibat pertemuan antara air dan debu yang menjejak tanah. Di mana keheningan mulai melingkupi kamar kecil bercat biru muda itu.

Tatapan mata Kuroo tersapu pada jendela kamar yang berembun. Tidak ada lagi air yang mengalir dari derasnya hujan. Menegaskan bahwa hujan benar-benar telah terhenti, digantikan rintik-rintik air yang terlambat jatuh.

"Tidur yang nyenyak, Kenma-chan. Dan cepatlah sembuh. Aku benci harus menjadi sosok yang selalu mengkhawatirkan dirimu."

Itu adalah kalimat terakhir yang Kuroo ucapkan sebelum sosoknya melebur. Dan hilang dalam sepersekian detik. Menyisakan Kenma sendirian, dipeluk selimut yang masih meninggalkan aroma maskulin laki-laki itu.

Bertepatan dengan Kenma yang membuka mata. Tubuhnya yang anehnya terasa ringan dan pusing di kepalanya berangsur hilang.

Ia berbalik perlahan, menatap ke arah tembok yang tadi ia punggungi.

Di sana, tempat yang biasa terisi penuh oleh sosok Kuroo yang besar, kini tak ada siapa-siapa.

Kenma menyentuh sisi itu. Dingin. Kehangatan yang lalu yang sempat ia rasakan itu seperti menguap tak bersisa. Rasa sakit di tubuhnya memang sudah berkurang. Namun, lara di hati itu nyata adanya.

"Kau pernah bilang tidak akan meninggalkanku, Kuroo-kun," ucap Kenma pada keheningan sore itu, "kau bilang kau mencintaiku, bukan? Tapi kenapa kau pergi?"

Seolah langit mendengar rintihan pedih sosok ringkih itu, langit menghadirkan pelangi. Bias-bias warna yang sayangnya tidak sempat Kenma lihat karena matanya terpaku pada sebuah tempat di mana Kuroo selalu ada di sana.

"Kau bilang, kau kesepian tanpa aku. Tapi ini apa, Kuroo-kun? Kau tidak benar-benar menepati janji, karena kini aku yang kesepian," lirihnya.

Kenma memejamkan mata. Berharap sosok itu akan kembali. Namun, sia-sia. Sosok Kuroo yang penyayang itu telah pergi bersama hujan sore berbulan-bulan yang lalu disusul dengan munculnya pelangi yang tak tahu diri.

"Aku mencintaimu, Kuroo-kun. Selalu dan selamanya."

Lalu, Kenma menenggelamkan diri dalam selimut. Dalam tangis, ia menghirup sisa-sisa aroma Kuroo yang perlahan memudar.

Sepatu yang Kehilangan Tuannya || Kuroken AU [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang