Filosofi Sebuah Hadiah

223 58 0
                                    

Filosofi Sebuah Hadiah

Hari ini, Kenma sedang tidak ada jadwal kuliah. Masih pukul sepuluh pagi saat ia duduk di bangku yang berada di depan kedai Mr. Ukai. Kedai udon itu memang masih tutup, namun Kenma tidak peduli. Ia di sana tidak untuk makan, melainkan bertemu dengan Bokuto yang rumahnya berada di dekat-dekat sana.

"Sudah menunggu lama, Kenma-chaaaan?"

Bokuto datang bersama Akaashi. Memang tidak terpisahkan sama sekali dua manusia itu.

"Baru sebentar sampai sini."

"Jadi kau mau mengajak kami membeli hadiah ulang tahun untuk Kuroo-kun?" tanya Bokuto langsung.

"Aku tadi hanya bertanya ukuran sepatu Kuroo-kun. Bukan meminta senpai menemaniku pergi."

"Tenang saja, Kenma-chan. Kami sedang luang kok," kata Akaashi.

Kenma menahan diri untuk tidak memutar bola mata. Bukan masalah luang atau tidak. Kenma hanya merasa aneh berada di antara Bokuto dan Akaashi tanpa Kuroo.

"Kita ke berangkat sekarang?" ajak Akaashi kemudian.

Untuk menuju pusat perbelanjaan, mereka harus menempuh jarak dengan bus dan kereta. Selama di dalam kereta, Bokuto ribut sekali mengomentari banyak hal yang tersapu mata.

Akaashi menimpali sesekali sedangkan Kenma tidak begitu peduli dengan segala kata yang keluar dari bibir Bokuto.

"Kenma-chan, kenapa kau memilih sepatu sebagai hadiah?" tanya Akaashi saat mereka sudah berada di pusat oerm

"Karena Kuroo senpai tidak bisa bermain voli tanpa sepatu."

"Dia sudah punya beberapa," komentar Bokuto.

"Ya, biar tambah lagi koleksi sepatunya," jawab Kenma sekenanya. Sejujurnya ia tidak terlalu memikirkan alasan ia memilih sepatu sebagai hadiah ulang tahun Kuroo yang ke dua puluh tahun. Lebih tepatnya ia tidak hanya memilih opsi yang simpel.

"Apapun hadiah darimu, kurasa Kuroo-kun akan suka," ucap Akaashi yang mendapat anggukan setuju dari Bokuto.

Mereka memasuki toko sepatu yang khusus menjual sepatu olahraga.

"Aku pernah dengar mitos kalau memberikan sepatu kepada pasangan itu seperti ajakan untuk berpisah."

"Aku tidak setuju dengan pernyataan itu. Sepasang sepatu yang diberikan oleh seseorang dengan tulus itu berisi doa agar pemilik sepatu itu bisa berjalan ke tempat yang indah. Ke tujuan yang bagus."

"Wow, Akaashi may beloved hubby! Kau ... ah, kau ini romantis sekali, sih!"

"Aku hanya mengatakan pemikiranku saja. Lagian, menurutku terlalu jahat kalau memberikan hadiah hanya untuk mengajak berpisah."

Bokuto menyetujui kalimat itu. "Kalau kau nanti berulang tahun, kau mau hadiah apa dariku?"

Akaashi tertawa kecil. "Apa saja asal bukan majalah dewasa."

Kenma yang masih sibuk memilih sepatu mana yang akan ia beli itu hanya mendengarkan dengan tekun. Diam-diam ia setuju dengan ucapan Akaashi.

"Kau juga mau aku beri hadiah sepatu?"

"Yang kreatif sedikit, Bokuto-kun. Jangan meniru junior kita ini."

"Ya sudahlah. Nanti aku pikirkan lagi. Toh, ulang tahunmu masih lama."

Sekitar dua puluh menit kemudian mereka baru keluar dari toko dan menuju ke salah satu kedai makanan yang ada di pusat perbelanjaan itu tepat saat waktu makan siang hampir tiba.

"Kuroo-kun menghubungi," kata Akaashi saat mengecek ponsel.

"Apa katanya?" tanya Bokuto.

"Dia bilang dia butuh teman curhat karena Kenma-chan sudah beberapa hari ini menghindarinya," jawab Akaashi jujur.

"Kau menghindar dari Kuroo-kun? Kenapa?" Bokuto langsung menyerang Kenma karena kepo.

"Aku tidak menghindar. Kuroo senpai terlalu berlebihan."

"Tapi biasanya dia jarang curhat denganku, Kenma-chan. Malah terbilang tidak pernah."

"Sebenarnya aku hanya sedang sedikit sibuk."

"Kau? Sibuk?" Bokuto melebarkan mata. "Sibuk apa? Memangnya ada yang bisa membuatmu sibuk selain game?"

"Tentu saja ada. Aku mau ikut kompetisi game tingkat nasional. Jadi aku sibuk mempersiapkan diri dengan timku."

Bokuto langsung kehilangan minat. Ternyata masih tentang game. Ia kira Kenma akhirnya membuka mata dan mulai 'melek' pada hal-hal selain game.

"Kapan rencananya kau akan menemui Kuroo-kun dan memberikan hadiah itu?"

Kenma mendadak kebingungan. Ia belum memikirkan itu.

Akaashi mengetikkan sesuatu di ponsel. Membalas pesan Kuroo lalu berkata kepada Kenma, "Aku sudah meminta Kuroo-kun untuk kembali ke rumah setelah kelasnya usai. Kau mau kami temani ke tempat Kuroo-kun?"

Kenma sedikit gagap saat menjawab, "Ah, tidak usah. Terima kasih Akaashi senpai."

Akaashi mengacungkan jempol.

"Ganbatte, Kenma-chan! Kalau butuh apa-apa kau bisa menghubungi kami," ujar Bokuto.

to be continued.

Sepatu yang Kehilangan Tuannya || Kuroken AU [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang