Kenma mengedarkan pandangan pada sudut-sudut GOR yang ramai oleh manusia-manusia pencinta olahraga.
Kala itu hari Senin sore. Hujan baru saja mengguyur bumi. Dengan langkah terseret-seret Kenma mendatangi sosok Kuroo yang sedang melakukan pemanasan dalam balutan seragam club volinya yang berwarna putih merah.
"Apa maksudmu seenaknya memasukkan namaku ke klub voli?" cecar Kenma yang tengah dipandangi berpasang-pasang mata di sana.
"Agar aku bisa sering melihatmu, Kenma-chan," ujar Kuroo dengan enteng.
Panggilan yang terdengar menggelikan. Kenma memutar bola matanya karena terlalu sebal. Tak peduli bahwa perilakunya itu tadi tidak sopan.
"Aku tidak berminat main voli."
"Tak masalah. Asalkan kau sering berada di sini. Di dekatku."
Kenma mendesah lelah. "Sebenarnya apa maumu, senpai?"
"Memilikimu."
"Kau gila."
"Gila karena dirimu."
Sorakan dari kawan-kawan Kuroo itu terdengar riuh. Benar-benar salah waktu dan tempat untuk Kenma melemparkan pertanyaan itu di tengah-tengah keramaian.
"Terserah kau saja, senpai. Aku pergi."
"Tunggu," Kuroo menahan pergelangan tangan Kenma yang terasa mungil dalam genggaman jari-jemarinya, "kau sudah jauh-jauh kemari. Istirahatlah sebentar."
Kuroo membawa Kenma ke sudut lapangan. Mengambil air minum kemasan dari dalam tas.
"Minumlah."
Kenma mengernyit bingung namun tetap mengulurkan tangan. Meraih botol minuman berisi air mineral itu dan membuka tutupnya setelah berusaha keras.
"Kenapa kau bermain voli, Kuroo senpai?" tanya Kenma yang kini tengah terduduk di lantai dan bersandar di tembok.
Kuroo yang duduk di sampingnya itu tak menyangka akan mendengar Kenma bertanya lebih dulu. "Karena sejak kecil aku suka bermain voli. Kau mau belajar menyukaiku seperti aku yang menyukaimu?"
"Pertanyaanmu tidak nyambung."
"Aku memang sengaja bertanya begitu."
Kenma melengos dan mengeluarkan ponsel dari kantung jaketnya. "Kau lanjutkan saja latihanmu, senpai."
"Terus kau bagaimana?"
"Aku akan mengurus diriku sendiri. Aku ada match sebentar lagi," katanya dengan mata yang sudah terfokus pada ponsel.
"Match apa?"
"Game," ucap Kenma singkat tanpa repot menjelaskan lebih jauh.
Kuroo manggut-manggut. Lalu beranjak setelah mengacak rambut Kenma dengan gemas.
Kenma yang diperlakukan seperti itu hanya mendesis malas. Lalu perhatiannya kembali ke ponsel yang menyala menampilkan layar game favoritnya.
Berselang dua jam, Kuroo selesai latihan dan menghampiri Kenma yang masih di posisi duduk bersandar, dengan ponsel di tangan.
"Mau sampai kapan kau memelototi layar ponselmu, Kenma-chan?"
Kenma melirik Kuroo sebentar. Jari-jemarinya masih sibuk menari di atas layar. "Aku di sini bukan sedang menunggumu. Kau pulang saja kalau sudah selesai."
"Menurutku, kau sedang menungguku dan berniat untuk pulang bersamaku. Atau kau ingin kita melakukan hal lain? Kencan misalnya?"
"Kau berharap terlalu banyak, senpai."
Namun, pada akhirnya Kenma bergerak dari posisinya. Mengakhiri sesi game-nya dan memasukkan benda mati itu ke dalam kantung jaket hitamnya.
Kuroo tertawa sembari membereskan barang-barang. Lalu beranjak ke arah Bokuto dan teman-teman klubnya yang lain untuk berpamitan.
"Kau keberatan kalau kita makan sebentar?"
"Ya."
"Tapi aku lapar, Kenma-chan."
"Makan saja sendiri, senpai. Aku ingin cepat-cepat sampai indekos dan tidur."
Kuroo mendengus pelan. Tidak memaksa lagi dan mengantarkan Kenma hingga depan kamar indekosnya walau Kenma sudah menolak keras.
"Boleh aku masuk?"
"Tidak."
Tawa keras keluar dari bibir Kuroo. "Baiklah, aku akan mampir lain kali saja."
Sebelum pergi, Kuroo menyempatkan untuk mengacak rambut Kenma dengan gemas.
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepatu yang Kehilangan Tuannya || Kuroken AU [SELESAI]
RandomHidup Kenma mulai tak lagi sepi karena kehadiran Kuroo, kakak tingkatnya yang selalu mengganggu dirinya setiap saat. Laki-laki itu secara terang-terangan mengatakan kalau ia menyukai Kenma. Kenma tidak bisa terus mengelak karena diam-diam ia mulai t...