"Keluarlah dari kamarmu sebentar, Kenma-chan, aku ada di luar," ucap Kuroo dari ujung telepon.
"Bukannya kau ada latihan sore ini?" tanya Kenma, masih dalam posisi meringkuk di tempat tidur. Ia sedang meriang. Terdengar jelas dari suaranya yang parau dan lemas.
"Melewatkan satu kali latihan tidak akan membuatku tertinggal." Kuroo terkekeh. "Kau bisa turun dari tempat tidur dan membukukan pintu untukku?"
Kenma bangkit dan terseok berjalan ke arah pintu. Memutar kunci dengan tangan yang lemas. Lalu menarik handle pintu perlahan dan muncullah Kuroo dalam balutan seragam volinya yang terlapis jaket. Raut khawatir jelas tercetak di wajah laki-laki itu.
"Oh my baby boy, kau pucat sekali. Tidak kusangka separah ini," ucap Kuroo. Dengan tergesa ia masuk dan menuntun Kenma untuk kembali ke tempat tidur.
"Aku membawakanmu bubur," kata Kuroo setelah membantu Kenma setengah rebah di atas single bed-nya dan menyelimuti laki-laki itu.
"Aku tidak selera makan."
"Kau tetap harus makan. Biar cepat sembuh dan kita bisa berkencan lagi seperti biasa," canda Kuroo sambil membuka bungkusan yang tadi ia bawa.
Benar adanya bahwa mereka telah berkencan. Terhitung sudah empat bulan. Dan Kenma kini sudah semester dua kuliah. Sedangkan Kuroo semester empat.
Mereka, seperti pada umumnya pasangan normal lainnya, tidak jarang berkencan di muka umum. Nonton film di bioskop, datang ke acara-acara festival, atau sekadar berduaan di indekos Kenma, tidak jarang juga di tempat Kuroo.
"Seharusnya kau tidak usah ke sini. Sebentar lagi ada turnamen, bukan? Latihanmu lebih penting," ucap Kenma setelah suapan bubur yang ke-empat ia telan susah payah.
"Ck, tidak perlu merasa bersalah begitu, Kenma-chan. Toh, sama saja kalau aku tidak fokus latihan karena khawatir memikirkan keadaanmu."
"Aku hanya merasa tidak enak dengan teman-temanmu yang lain, senpai."
Kuroo tertawa. "Kau tenang saja. They're cool. Mereka titip salam padamu. Katanya mereka rindu melihatmu di tempat latihan."
"Padahal selama ini aku cuma jadi penonton."
Penonton yang tidak sepenuhnya 'menonton' latihan mereka memang. Karena fokusnya selalu pada game di dalam ponselnya.
"Menonton kekasihmu yang keren ini, ya?"
Kenma mencebik. "Aku lebih tertarik melihat Oikawa senpai daripada kau. Dia service-nya keren."
"Lihat saja nanti di turnamen. Kau akan pingsan melihatku yang sudah jauh lebih keren dari Oikawa," ujar Kuroo menyombongkan diri. Tidak mau kalah dari Oikawa yang memang menjadi andalan timnya karena performanya yang keren.
"Tidak akan terjadi. Saat ini Oikawa senpai pasti sedang berlatih keras. Sedangkan kau malah terjebak di sini bersamaku."
Kuroo hanya mendengus sebal karena Kenma sengaja memancing kecemburuan dalam hatinya.
Tak terasa, bubur di dalam mangkuk sudah habis. Lalu dengan telaten Kuroo membantu Kenma untuk minum obat.
"Aku akan menemanimu sampai kau tertidur," janji Kuroo setelah membereskan gelas dan mangkuk bekas digunakan Kenma untuk makan tadi.
"Tidak perlu, Kuroo senpai. Masih cukup waktu untuk menyusul latihan."
"Aku tidak membutuhkan persetujuan darimu."
"Tapi kau butuh latihan, senpai. Aku tidak mau menahanmu."
"Aku mau di sini, oke? Sudah kau tidur saja. Jangan hiraukan aku."
"Terserah kau saja."
Lalu Kenma memejamkan mata.
Meski kelihatannya Kenma selalu cuek dan agak judes, namun tidak dipungkiri bahwa ia sudah terbiasa dengan Kuroo di sisinya. Ia merasa tepat bersama laki-laki besar dan gagah itu. Ia merasa aman dan terlindungi.
Sama seperti saat ini, ketika Kuroo ikut naik ke atas kasur busa itu dan memeluk Kenma dari samping. Mengelus puncak kepalanya dengan lembut dan membisikkan kata-kata yang berisi doa agar dirinya cepat sembuh seperti sedia kala.
"Jangan pergi ke mana-mana, Kuroo senpai," bisik Kenma sebelum ia terletak karena pengaruh obat.
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepatu yang Kehilangan Tuannya || Kuroken AU [SELESAI]
RandomHidup Kenma mulai tak lagi sepi karena kehadiran Kuroo, kakak tingkatnya yang selalu mengganggu dirinya setiap saat. Laki-laki itu secara terang-terangan mengatakan kalau ia menyukai Kenma. Kenma tidak bisa terus mengelak karena diam-diam ia mulai t...