Nestapa

278 58 8
                                    

No matter how prepared you think you are for a death, you can never be fully prepared for the loss and the grief.

Sama seperti duka yang tengah menyelimuti Kenma dan sahabat-sahabat dekat Kuroo yang baru selesai menghadiri upacara pemakaman.

Pelepasan kepergian Kuroo itu diselimuti kabut dan mendung. Seolah langit, dan alam ikut berduka atas dijemputnya pulang satu manusia paling ceria oleh pemilik semesta.

"Kenma-chan, sebentar lagi hujan. Ayo, kita pulang!" ajak Akaashi dengan menyentuh pundak Kenma yang terkulai.

Kenma masih di sana, terduduk di samping nisan yang tertancap di atas tanah merah yang masih basah.

"Aku tidak bisa meninggalkan Kuroo senpai sendirian. Dia pasti kesepian."

Akaashi menghela napas. Tinggal tersisa empat orang di sana. Dirinya, Kenma, Bokuto, dan juga Hinata.

Bokuto yang selalu ramai pun tampak diam. Selain Kenma, ia adalah yang paling kehilangan sosok Kuroo.

"Kuroo-kun akan sangat sedih melihatmu seperti ini, Kenma-chan," desah Akaashi.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang, senpai? Kenapa sesakit ini?" Suara itu serak dan tercekat. Banyak rasa sakit yang tertimbun di sana.

Tak ada kata penghibur yang layak untuk seseorang yang baru saja kehilangan. Yang bisa Akaashi lakukan adalah merangkul Kenma. Menepuk-nepuk pundak laki-laki itu.

"Bokuto-kun, Hinata-chan, tolong bantu aku," ucap Akaashi.

Lalu kedua orang yang sejak tadi hanya diam menatap Kenma itu bergerak, merangkul lengan Kenma. Memaksa laki-laki itu untuk berdiri dan membawanya menjauh pergi dari pemakaman.

"Ini memang momen yang menyakitkan dan mematikan. Rasa sakit yang kau rasakan memang tidak terkira. Tidak apa-apa, Kenma-chan. Berdukalah. Itu sangat wajar. Setelah ini, belajar mengikhlaskan adalah bagian tersulit," ucap Akaashi. Tak terdengar oleh siapa-siapa.

Atau, mungkin ada seseorang yang mendengar. Di ujung sana, dalam sebuah kerlip bayang, Kuroo yang masih dalam balutan seragam voli yang terakhir kali ia kenakan menatap kepergian teman-temannya dengan senyum sedih.

"Maaf, aku pergi tanpa pamit. Maaf kalau aku membuat kalian sakit. Percayalah padaku, walau sakit, kalian akan terbiasa. Kalian akan terbiasa tanpa aku."

Sebelum bayang-bayang itu memudar, Kuroo mengucapkan sebaris kata yang tak sempat tersampaikan. "Selamat ulang tahun, Kenma-chan. Maaf, aku merusak hari ulang tahunmu dengan kesialan ini."

to be continued

Sepatu yang Kehilangan Tuannya || Kuroken AU [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang