MANIS DIBIBIR SAJA

79 3 2
                                    

Mentari siap memancarkan afsunnya
Yang terbit pada ufuk timur

Pagoda-pagoda siap berperan
Demi kelancaran kemewahan alam semesta, 'tuk memanjakan setiap mata.
Yang memandanginya

Tetapi, langit tampak murung!
Langit tampak bersedih
Dimana pagoda-pagoda berwarna putih, kini pekat!

Oh,
sama seperti bibir seseorang yang manis.
Tindakannya nihil
Perkataannya 'pun berhasil mendapat kepercayaan
Dan pujian dari orang bodoh; seperti aku.

Yang,
sayang!
Kemanakah mentarinya pergi?
Kemanakah peran pagoda-pagoda itu sekarang?
Apa yang terjadi bila langit telah kembali tersenyum?

Kini,
mentari telah bersinar dibagian belahan bumi lainnya.
Kini,
pagoda-pagoda beriang-riang menampilkan peran protagonis.
Dan kini,
langit kembali bahagia.

Dan hatiku mulai sadar
Akulah, langit itu!
Kamulah pagoda-pagoda pekat tersebut!
Yang hanya manis dibibir saja

Saat nihil dalam tindakan

Sekarang,
pergilah kekasihku,
aku memaafkanmu.

Hatiku telah baik-baik saja
Karena, mentari musti memancarkan cahayanya.
Kepada langit yang siap menerimanya dengan senang hati.
Akan menciptakan keindahan kepada dua insan yang menjalaninya

Melisa Tarra
Jayapura, 25 Januari 2021.
05:16 WIT

Terima kasih, mohon maaf bila tidak sesuai ekspetasi.

Puisi & Puisi Akrostik (LANJUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang