Sedang Menunggu

20 0 0
                                    

Angin sepoi-sepoi menembus kulit, menggetarkan sampai ke tulang-tulangku.

Rasanya bulu kudukku 'pun ikut berdiri, karena angin.

Daun-daun alami bergerak sendiri, karena angin.

Layang-layang melaju tinggi hingga mataku menatap jauh diatas sana, karena angin.

Asal bukan tempat tidur saja saja yang bergerak sendiri, karena angin tidak mampu merubahnya.

Baik, aku sedang menunggu.

Hari demi hari telah kulewati, bersama angin yang kurasakan. Dikala pagi, siang, sore maupun pada malam merentang panjang.

Tapi, tak kunjung datang pujaan hatiku itu.

Kemanakah kau pujaan hatiku?

Bersembunyi dimanakah kau pujaan hatiku?

Asal darimana kau pujaan hatiku?

Karena lama datangnya, ijinkan aku menerka.

Kini

Malam 'pun tiba

Suasana sunyi dan tentram kurasakan kesekian kalinya.

Kupikir, kapankah Tuhan ijinkan aku mendapatkan kekasih.

Kapankah Tuhan mengirimku seseorang yang sama-sama tertarik, agar bisa terjalin mesra diantara kita sebagai sepasang kekasih.

Sehingga, yang Tuhan mau apa dariku agar bisa bertemu pujaan hatiku.

Semakin lama aku menunggu

Lamanya jawaban Tuhan

Barang bagus yang kudapatkan kelak?

Entalah

Aku tak lupa berdoa

Sembari menjaga diri baik-baik

Hari ini nilaiku keluar, jujur aku mengingini huruf C. 

Tak apa, setidaknya berhasil daripada D atau E agar tidak kontrak ulang.

Namun Tuhan berkerja melebihi doaku, Ia ijinkan aku mendapatkan huruf A.

Jika dipikir-pikir, nilai saja dikasih bagus, terbaik.

Apalagi seseorang yang akan datang.

Bukankah begitu?

Melisa Tarra

Jayapura, 07 September 2022

Puisi & Puisi Akrostik (LANJUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang