Prolog

196 71 324
                                    

بسم الله الرحمن الر حيم

————————————

Seruan yang kau gemakan berhasil menembus relung hatiku yang paling dalam. Lafaz yang kau lantunkan bangkitkan jiwaku yang telah lama suram.

Kebiasaan mendengar suaramu tanamkan rasa yang tak biasa di kalbuku.

Apakah kau tahu akan hal itu?

Aku rasa tidak. Karena kau hanya memandangku sebagai temanmu, tidak lebih dari itu.

Namun perlahan, kau mulai memberiku sedikit harapan. Melalui perhatian-perhatian kecil yang kau berikan, rasa ini tumbuh semakin dalam.

Namun, tidak bertahan lama, kau justru memberiku kabar yang berhasil memporak-porandakan hatiku.

Lalu sekarang bagaimana?

Hatiku sudah terlanjur berlabuh kepadamu. Namun, kau menolak untuk menjadi nakhodaku.

Bisakah perahu ini sampai ke tempat tujuan tanpa ada yang mengarahkan?

Bisakah perahu ini tetap bertahan saat dihantam badai di lautan?

Dear Muazin!

Sampaikan permintaanku pada samudra. Jangan keluarkan ombak besar saat aku belum menemukan nakhoda.

Karena aku tidak sanggup mengarungi samudra kehidupan ini seorang diri.

Adakah yang mau menemani setelah kau pergi dan tak kan kembali?

Tunggu! Ada nakhoda lain yang menghampiri kapalku. Namun, di depan sana ombak besar siap menerjang kapal kami.

Bisakah nakhoda itu mengendalikan kapalku agar tidak terhantam ombak?

*****

_Dear Muazin_
20.02.2021
Revisi: 02.06.21

Dipublikasikan di, Kediri
@ifaa.ay

Dear MuazinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang