part 7 | Rumah si Es

26 12 1
                                    

"Ekhm!". Deheman keras menyadarkan mereka berlima.

Terutama Alen yang sedari tadi hanya menyimak karena tidak tau permasalahannya. Poor Alen.

"Ayo". Seru Deva dengan pandangan yang tertuju pada Alen.
"Eh, iya". Alen akhirnya bangkit lalu mengekor di belakang Deva.

"Duluan yaa". Pamit Alen.

___________________________________________

Hening singgah di antara keduanya hingga beberapa saat berlalu akhirnya mobil Deva berhenti di pelataran rumah megah bergaya modern milik keluarga Walter.

"Dev,".

Deva menoleh, sebelah alisnya terangkat.

"Ini rumah siapa?".

"Rumah orang tua gue". Setelah itu Deva keluar. Sedangkan Alen masih terpaku.
Astagaaa kenapa harus ke rumah es itu? Tidak bisakah ke Perpustakaan kota saja? Atau cafe biasa?

Tok tok tok

Suara ketukan kaca menyadarkan lamunan Alen.

"Keluar".

"Eh iya". Alen melepas seatbelt nya lalu keluar. Mengekor dibelakang Deva.

Tubuh mungil Alen seakan tertelan punggung lebar milik Deva.
Tiba di pintu utama, Deva menoleh ke kanan tapi tidak mendapati gadis yang tadi ia bawa. Sebelah kiri juga tidak ada.

Akhirnya Deva memutar badannya.

"Ck. Gue kira lo ilang".

Alen yang sedari tadi tertunduk langsung mendongak.

"Eh, Alen disini".

Setelah itu Alen mendengar langkah kaki menuju ke arah mereka berdua. Beberapa wanita paruh baya keluar dengan pakaian senada. Salah satu di antara mereka menginterupsi yang lain agar segera berjajar dengan rapi.

"Tuan muda pulang! Tolong siapkan makanan dan jus".

Seperti sudah terbiasa, beberapa dari mereka mulai masuk. Menyisakan wanita dengan seragam yang nampak berbeda dari yang lainnya.

"Dimana mom?". Tanya Deva.

"Nyonya ada di taman belakang tuan muda.".

"Bawa dia ke ruang tamu Martha".

"Baik".

Deva mengangguk dan kembali melangkah hingga tubuh tegapnya hilang tertelan pintu di ujung sana.

"Mari nona,". Martha menatap Alen ramah seakan tengah bertanya nama dari gadis cantik di depannya.

"Saya Valencia". Kenal Alen dengan tersenyum kecil.

"Nona Valencia, saya Martha. Kepala pelayan di rumah ini". Martha sedikit membungkukkan badannya.

Alen mengangguk, "Alen saja bi?".

"Anda boleh memanggil nama saya nona".

Alen menggeleng lalu tersenyum, "Bibi panggil Alen saja".

Devalencia (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang