Part 2 | Satu kelas

70 17 9
                                    

"Eum, kalau kakak ga bisa, gapapa. Nanti Alen cari sendiri". Suaranya mengecil.

"Ikut gue". Deva bingung dengan dirinya sendiri. Sejak kapan ia peduli?

"Ha?"

Poor Alen dengan segala ke Lola-annya


Deva mengedikkan bahunya acuh lalu meneruskan langkahnya kembali.

__________________________________

Alen sadar saat Deva hampir tertelan pintu UKS. Ia segera memakai sepatu lalu mengambil tasnya yang tergeletak di sofa. Tak menghiraukan pening yang masih bersarang di kepalanya,
Alen bergegas menyusul Deva sebelum kehilangan jejak.

Keadaan koridor masih sama seperti tadi pagi, sepi. Hanya beberapa siswa yang berlalu lalang.

Alen setia mengekor di belakang Deva. pandangannya tak lepas dari setiap sudut yang ia lewati. Hingga Alen tak sadar jika orang di depannya sudah berhenti melangkah.

Brukk

"Aww!". Badan Alen yang mungil menabrak punggung keras di depannya.

Deva berbalik menatapnya tajam. Sedangkan yang ditatap hanya menyengir tanpa dosa.

Kini Alen dan Eumm cowok tanpa nama (menurut Alen) itu berdiri di depan pintu ruang kepala sekolah.
Tanpa mengetok terlebih dahulu, cowok didepannya ini menyelonong masuk. Alen melongo tapi tetap mengikuti Deva masuk ke dalam ruangan.

Lagi-lagi Alen hanya mampu menyembunyikan keterkejutannya saat cowok itu dengan seenaknya duduk di salah satu sofa yang tersedia, bahkan sebelum di persilahkan.

Astaga, ternyata selain irit bicara, minim ekspresi dan dingin, cowok itu juga seenaknya. Untung ganteng Ehh

"No manners huh?". Deva tetap diam dalam duduknya. Tidak berniat menggubris pertanyaan yang sama sekali tidak penting.

"Ehh, Selamat pagi pak, saya Valencia. Pindahan dari Bandung". Setelah beberapa detik melewati hening akhirnya Alen membuka suara.

"Bukan kamu kok, tapi dia". Tudingnya pada Deva.

"Jadi kamu murid pindahan itu. Kelas 11 right?".

"Iya pak".

"Ini seragam barumu". Satrio menyerahkan tote bag berisi beberapa setel seragam yang akan Alen gunakan selama bersekolah di SMA Walter.

"11 IPA 2. Itu kelasmu. Kebetulan sekali kamu sekelas dengan murid bebal yang duduk disana". Deva maksudnya. Siapa lagi, hanya ada mereka bertiga di dalam ruangan mewah ini.

Alen speechless. Bingung menatap interaksi kepala sekolah dan cowok yang menolongnya tadi.

"kembali ke kelasmu boy!". Terselip nada sinis pada kalimat yang baru Pak Satrio- Kepala sekolah SMA Walter lontarkan.

"Om terlalu banyak bicara". Singkat, padat, menusuk.
"Wow, wow. Santai boy. Sekarang cepat kembali ke kelas atau om laporkan perbuatanmu selama ini pada Alicia, bagaimana?". Satrio tersenyum miring. Ia memang suka memancing keponakannya yang satu ini.

Devalencia (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang