part 8 | Deva terciduk

35 11 5
                                    

Alen, Retta, Safi dan Vio terpaksa menoleh ke arah pintu masuk saat teriakan penghuni kantin terdengar saling bersautan.

"Deva dateng! Deva dateng!".

"Kak Deva yaampun! Gantengnya gada obat".

"Liat kak Deva sama kak Iel jalan bareng gitu makin adem ati gue".

"Kak Leo noleh sini dong!".

"Kak Rizal! Demi tuhan! Ayo ikut pulang. Mama ga sabar pengen ketemu mantunya!".

"Kak jo! Kak jo!". Nindi-siswi kelas 10 ips 3 berseru memanggil Jo dengan semangat.

Dasarnya Jonathan tengil, jadi ia dengan sengaja menyahut saat namanya terpanggil.

"Apa cantik-cantikku?".

"Ew. Jijik". Sahut Leo

"Bukan lo kampret". Balas Jo sewot.

"Demi apa Kak jo bilang gue cantik!". Nindi berujar semakin heboh dari mejanya.

"Eh bukan lo aja kali!". Sahut yang lainnya.

"Kak Jo! Gue bapeeeeerrrr! Tanggung jawab gaaaaa!".

Jo meringis. Gitu doang masa baper?

"Aduh cantik, baper ditanggung pendengar!".

"Yahhhh ga seru!".

Jo melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti dengan percaya diri. Di sampingnya, Leo dan Rizal hanya menggelengkan kepalanya.

"Gila! Ternyata fans gue banyak!". Jo menyisir rambutnya ke belakang.

"Idih! Mau muntah gue". Ujar Leo.

"Wah Le! Bilang ke gue! Itu anak siapa! Buru! Mau gue samperin!". Jo berhenti lalu menatap Leo yang melototkan matanya lebar-lebar.

"ANYING! GUE GAK HAMIL BANGKE. YANG BENER AJA LO!". Leo berteriak tepat di telinga Jonathan.

"Telinga gueeeee". Rengek Jo sambil mengusap telinganya hingga memerah.

"Model playboy setengah waras, otak seperempat, cap cuka bakso cem lo ini mau ngelamar jadi pacar Lauret?! Jauh jauh lo dari adek gue. Gak sudi gue punya adik ipar kek lo". Sengit Leo.

"Mampus". Celetuk Gabriel.

"Kaka ipar tidak boleh begitu. Adek ipar minta maap deh ya. Damai ajalah kita".
Jo mengangkat dua jarinya.

"Piss! Kaka ipar. Damai yo". Jo menatap Leo dengan wajah memelas.

"Ga denger gue. Ga liat. Gue pake sepatu!". Leo melengos lalu mengambil duduk.

"Debat mulu heran! Udah. Emang yang paling ganteng itu gue". Rizal berdiri tegak, menepuk dadanya bangga.

"Idih idih. Sunat kelas tiga ESDE! Ganteng darimananya! Cemen lo". Ejek Jonathan.

"Bangke. Emang lo sunat kelas berapa heh?!".

Jonathan mendongak. Menatap teman sebangkunya sombong, "kelas empat Esde lah!".

"Gue ganteng Gue sabar".

"Diem! Gue potong burung kalian satu-satu! Mau?!".

Baik Jo maupun Rizal kicep. Gabriel terlihat tidak main-main dengan ucapannya. Meskipun yaa..Gabriel juga hanya bercanda. Bedanya raut mukanya tetap datar. Tidak ada tengil-tengilnya. Ck. Candaan macam apa ini? Membawa-bawa masa depan.

Kelima cowok yang menjadi sorotan itu duduk di bangku pojok yang memang di klaim milik mereka.

Jo, Leo dan Rizal asik menggibah. Ehh jangan salah! Emang cewek doang yang suka gibah?!

Devalencia (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang