Eighteen

13.1K 885 229
                                    

Jaemin keluar dari dalam gang dan segera masuk ke dalam mobilnya. Begitu Jaemin masuk, ia langsung disambut pertanyaan dari Johnny.

"Jadi, bagaimana?"tanya Johnny tanpa menatap kearah Jaemin.

"Kita harus ke pasar. Dia bilang, seseorang lebih tahu menahu soal Yunho daripada dirinya. Dia menyuruh kita untuk pergi ke sebuah pasar di dekat sini, orang yang di maksud adalah seorang penjual daging,"jawab Jaemin panjang lebar.

Sebuah anggukan kecil dari Johnny sebagai tanggapan akan jawaban Jaemin.

"Apakah si Bambam itu benar-benar tidak tahu apapun tentang Yunho? Jika iya aku mencurigainya."

Jaemin yang awalnya sibuk memperhatikan koin tersebut, langsung menolehkan kepalanya kearah Johnny yang juga menatapnya.

"Tidak. Dia tahu satu hal tentang Yunho. Dia bilang kalau kelemahan Yunho adalah si bayi singa, menurut mu siapa bayi singa itu?" Jaemin berbalik bertanya kepada Johnny namun pria itu hanya berseringai.

: :

Krang..

Suara rantai yang membelenggu di leher Jaehyun itu terdengar tatkala Yunho menariknya, memaksa si manis untuk berjalan dengan merangkak seperti seekor binatang. Badan Jaehyun kini benar-benar sudah dipenuhi dengan luka lebam serta banyak sekali bercak hickey.

Jaehyun yang sudah pasrah dan hampir putus asa seketika memiliki ide cemerlang ketika memiliki sebuah rencana untuk kabur dari sana. Sekarang dirinya sedang berada di ruangan kerja Yunho, entah buat apa lelaki tua itu membawanya kesana. Di ruangan tersebut, hanya ada dirinya dan Yunho saja.

"Tuan- maksud ku, D-Daddy.."panggil Jaehyun setelah berusaha sedari tadi hanya untuk memberanikan dirinya.

Yunho yang awalnya tengah duduk di sofa seraya membaca sebuah buku, langsung menolehkan pandangannya.

"Yes, Baby?"

"Uhm.. a-aku pandai m-membuat teh chamomile. Bagaimana j-jika aku membuatkannya untuk Daddy? S-supaya Daddy bisa l-lebih tenang..."ucap Jaehyun seraya menundukkan kepalanya.

Mendengar hal itu, lantas Yunho tersenyum tipis. "Apakah ucapan mu itu bisa dipercayai?"

Dengan segera, Jaehyun mengangkat kepalanya. Entah mengapa cukup terkejut dengan jawaban itu.

"B-bisa! Aku sangat menjaminkan nya!" Jaehyun kini menatap Yunho dengan tatapan polosnya, seolah-olah tidak ada sesuatu dari balik ucapannya.

"Ssshh.." Laki-laki itu berdesis pelan sembari menutup bukunya. Ia berdiri dari sofa kemudian berjalan menuju jendela yang tertutup tirai itu.

"Aku sedikit ragu karena secara tiba-tiba kau menawarkan diri. Apakah kau sedang ada rencana, manis?"

Sial, dia tahu.

Yang lebih muda berusaha untuk tidak terlihat terkejut ataupun panik, ia lebih memilih memasang wajah bengong nya walaupun sekarang detak jantungnya sudah sangat tidak normal akibat rasa takutnya sekarang.

"Rencana apa?"tanya Jaehyun yang sedikit mengerutkan keningnya.

Melihat betapa polosnya anak itu membuat Yunho terkekeh pelan kemudian berucap, "Lupakan. Buatkan teh itu dalam waktu dua menit, dari sekarang."

Cukup terkejut mendengar ucapan itu, namun dengan segeda Jaehyun beranjak pergi dari sana. Langkahnya sangat terburu-buru. Jaehyun bernapas lega ketika tahu letak dapur nya cukup dekat.

Begitu sampai disana, Jaehyun segera membuat teh itu. Beruntung ada air panas yang baru saja mendidih, sehingga Jaehyun bisa menggunakan nya agar menghemat waktu.






❝ 𝐌𝐢𝐧𝐞 ❞-𝙹𝚘𝚑𝚗.𝙹𝚊𝚎 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang