Di Supermarket

92 12 20
                                    


Hari ini Hari Kamis.

Tidak begitu ramai ataupun sepi. Yang datang hanyalah pelanggan setia kami. Aku bingung mengapa mereka menghabiskan hari-harinya untuk datang kesini, padahal kafe ini bukan satu-satunya di London yang luas ini.

Belum ada pesanan lagi setelah jam makan siang, aku sangatlah bosan. Diluar juga sedang hujan, rasanya aku ingin pulang dan tidur diranjangku, tapi itu sangatlah mustahil.

Yang bisa ku lakukan hanya memasang earphone dan mendengarkan lagu. Setidaknya aku tidak akan terlalu bosan. Lagu Dilemma milik Nelly pun terputar, sempurna. Mungkin aku harus membuat kopi tambahan agar aku tidak mengantuk.

Namun saat aku akan mengambil susu, tempatnya kosong. Aku baru sadar kalau susunya baru saja habis setelah pesanan terakhir tadi. Aku harus beli cadangan susu untuk hari ini, setidaknya.

Aku menuju ruangan milik Zayn. Saat aku membukanya, sepasang kekasih itu sedang saling memangut, sialan.

Ekhem

Mereka berdua langsung melepas pangutan bibir mereka. Wajah mereka merah padam, "Kalau mau masuk, ketuklah dulu pintunya," Seru Zayn sambil mengusap wajahnya yang memerah. Haha aku suka saat mempergoki mereka.

"Aku tahu kalian sedang lovey-dovey, maka dari itu, aku tidak mengetuknya terlebih dulu." Aku tak bisa menyembunyikan tawaku. "Fuck off, Harold!" Teriak Liam, aku makin terbahak

"Ada perlu apa, Haz?"

"Persediaan susunya sudah habis. Aku akan membelinya ke supermarket, setidaknya untuk hari ini saja," Ujarku, Zayn hanya ber-oh ria lalu beranjak ke mejanya untuk mengambil beberapa lembar uang.

Ia memberikan uangnya kepadaku, "Beli apa saja yang sudah habis, kau juga boleh beli sesuatu yang kau inginkan. Tapi jangan banyak-banyak, mengerti?" Aku mengangguk paham lalu pergi keluar dari ruangannya.

Aku langsung menyambar jaketku dan segera memesan Uber. Aku tak mungkin jalan di jalanan yang becek itu, lagipula masih gerimis.

Setelah menunggu 5 menit, akhirnya Uberku datang. Kami pun segera berangkat ke supermarket.

(...)

"Permisi, dimana aku bisa menemukan susu?"

"Ah, anda bisa jalan lurus sampai ujung lalu belok ke kiri. Disana ada berbagai macam susu."

"Baik, terima kasih," Ujarku pada pegawai supermarket tadi. Aku pun berjalan sesuai arahan pegawai tadi.

Sampai disana, aku langsung mencari susu yang biasanya dipakai. Setelah itu aku mampir ke tempat mie instan, aku sedang ingin makan ramen entah mengapa.

"Hmm, enaknya aku makan ramen apa ya?" Tanyaku pada diri sendiri saat sudah sampai rak yang penuh ramen.

Ada ramen pedas, ramen keju, dan masih banyak lagi. Aku sedang ingin makan ramen pedas, tapi aku tak begitu kuat untuk makan pedas, tapi aku juga tidak mau ramen keju yang membosankan itu.

Ah sudahlah, hanya hari ini aku makan ramen pedas. Iya, hanya hari ini aku melanggar dokter, aku berjanji.

Tanganku berusaha meraih ramen pedas yang kumau itu. Aku hampir menggapainya, namun entah mengapa, ada orang yang mendorongku dari belakang. "Bisakah ka- ," Kata-kataku terpotong setelah melihat dua orang yang aku kenal memandangku kaget.

Itu Louis dan Niall!

Mereka sedang apa disini?

"Maaf, Harry. Niall yang mendorongku tadi," Jelas Louis sambil mewanti-wanti agar aku tidak marah. Lagipula untuk apa aku marah?

"Maaf, Harry,"

"Tak apa, aku tadi hanya kaget," Jelasku sambil mengambil ramen yang tadi tidak jadi ku ambil. "Kalian sedang apa disini?"

"Aku hanya ikut Niall. Dia bilang dia ingin belanja bulanan," Jelas Louis, aku hanya ber-oh saja. "Kau memangnya tidak bekerja?" Tanya Louis, "Aku hanya membeli susu dan makan. Persediaan di kafe sedang habis," Jelasku.

"Berarti setelah ini kau kembali ke kantor?" Aku mengangguk. Louis kelihatan melirik Niall yang masih sibuk mengambil mie instan. "Bagaimana jika aku yang mengantarmu?"

Aduh aku sebenarnya tidak enak padanya. Louis benar-benar baik padaku, tapi aku juga tidak boleh menghabiskan semua uang yang diberikan oleh Zayn. Aku menghembuskan napas pasrah, "Baiklah, aku ikut," Louis tersenyum lebar menampakkan deretan gigi putihnya yang rapi, ya tuhan mengapa kau kirim kan malaikat sepertinya ini! Mengapa juga ia seorang lelaki?

Baik, Harry. Kembali ke daratan.

"Aku sudah selesai," Ujar Niall yang baru saja selesai memilih belanjaanya. Bisa kulihat disana banyak sekali bungkus mie instan, aku tak mengerti bagaimana cara ia memghabiskan itu semua sendirian.

"Harry akan pulang bersamaku," Ujar Louis, kulihat ia menggedipkan sebelah matanya kepada Niall, aneh sekali, ah sudah lah.

"Ah! Baik-baik! Um nampaknya aku akan pulang sendirian. Pacarku akan mejemputku nanti," Ujar Niall tiba-tiba, aku pun mengangguk paham. "Ada yang kau perlukan lagi?" Tanya Louis setelah Niall berlalu, "Tidak, aku harus kembali ke kafe karena aku tidak bisa lama-lama," Jawabku.

"Baiklah, ayo kita ke kasir,"

(...)

Kami pun sampai di kafe. Untungnya belum ramai, masih sama seperti tadi. "Terima kasih atas tumpangannya," Ujarku pada Louis, "Ah, aku belum selesai,"

Louis pun turun dari mobilnya lalu menguncinya. "Aku akan mampir sebentar, aku sedikit butuh kopi," Ujarnya.

"Ayo kita masuk," Ujarnya sambil menarik tanganku tiba-tiba. Ia yang menyadari langsung melepas tangannya, "Maaf, aku sedikit reflek," Louis menggaruk tengkuknya salah tingkah. Ia harusnya tahu bahwa refleknya bisa membuatku jantungan dan membuat pipiku panas. Sialan.

Kami pun masuk dan segera menuju kasir, "K-kau ingin pesan apa?"

"Vanilla latte, please," Ia kembali tersenyum manis.

"3.10 Pounds," Ia memberikan beberapa Pounds lalu pergi ke mejanya. Ia duduk di meja yang sama seperti terakhir kali ia berkunjung. Aku pun sibuk membuat kopi untuknya.

"Lihat siapa yang ada di meja 28 itu," Ujar Liam yang baru saja datang, "Itu Louis, kalau kau tidak biaa melihatnya dengan jelas," Jawabku ketus, orang aneh itu malah terkekeh geli.

"Tenang, aku bisa melihatnya. Jelas sekali kalau dia sedang mendekatimu,"

"Kau gila? Dia itu manajer ku. Mana mungkin ia melakukan itu. Lagipula siapa aku bersanding dengannya?"

"Oh, Harold. Itu bukan hal yang mustahil bukan? Lihat aku dan Zayn, dulu bahkan ia sangat membenciku karena ia tak mau kalah denganku. Tapi sekarang, ia malah yang paling manja diantara kami," Jelas Liam. Tidak salah memang, tapi apa benar Louis mendekati ku?

"Sudah, jangan kau pikirkan terus Louismu itu. Lihat kopi itu hampir berbusa karena kau aduk terlalu sering," Suara Liam membuyarkanku. "Oh shit!"

Setelah selesai membereskan semuanya, aku pergi ke meja Louis untuk menaruh kopinya.

(...)

Hola y'all. Selamat malmingan kalian!

Around The World # Larry StylinsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang